KUALA LUMPUR, KOMPAS.TV - Warga Malaysia, Sabtu (19/11/2022), mulai memberikan suaranya dalam pemilihan umum sengit yang akan menentukan apakah koalisi yang paling lama berkuasa di negara itu dapat bangkit kembali setelah kekalahan elektoralnya empat tahun lalu.
Seperti dilansir Associated Press, Sabtu, para reformis politik di bawah pimpinan tokoh oposisi, Anwar Ibrahim, sedang mengincar kemenangan kedua.
Tetapi dengan tiga blok politik utama bersaing untuk mendapatkan suara, para analis mengatakan hasilnya sulit diprediksi dan dapat mengarah pada aliansi baru jika hasilnya tidak ada yang mayoritas, atau parlemen gantung.
Tempat pemungutan suara dibuka pada pukul 7:30 pagi waktu setempat di dua negara bagian di pulau Kalimantan, dan setengah jam kemudian di semenanjung Malaysia.
Lebih dari 21 juta warga Malaysia berhak memberikan suara untuk memilih wakil yang akan mengisi 222 kursi di parlemen federal dan memilih perwakilan di tiga badan legislatif negara bagian.
Komisi Pemilihan Umum memperpanjang waktu pemungutan suara dari sembilan menjadi sepuluh jam, dengan hasil yang diperkirakan akan keluar pada sore hari.
Pemilihan umum Malaysia berlangsung Sabtu, lebih dari sebulan setelah Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob membubarkan Parlemen dan mengumumkan pemilu.
Koalisi terlama di negara itu berusaha untuk mendapatkan kembali dominasinya setelah kekalahan yang mengejutkan pada tahun 2018, tetapi para reformis politik mengincar kemenangan kejutan kedua.
Baca Juga: Malaysia Bersikap Keras, Desak ASEAN Kedepankan Konsensus 5 Poin saat Berurusan dengan Myanmar
Malaysia punya sistem first-paste-the-post, jadi partai dengan suara terbanyak, tetapi belum tentu mayoritas, akan dinyatakan menang pemilu.
Pemungutan suara bersifat opsional bagi 21,1 juta warga Malaysia yang berhak memilih, naik 40 persen dari 2018.
Lebih dari 9.000 tempat pemungutan suara (TPS), yang banyak didirikan di sekolah dan pusat komunitas, akan dibuka selama sepuluh jam.
Penghitungan akan dimulai setelah TPS ditutup, dengan hasil diharapkan keluar pada malam di hari yang sama.
Untuk mencegah ketidakstabilan politik seperti yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir, anggota parlemen sekarang dilarang berpindah partai begitu mereka terpilih untuk menjabat.
Minimal 112 dari 222 kursi parlemen diperlukan untuk mayoritas sederhana.
Tiga dari 13 negara bagian Malaysia secara bersamaan akan mengadakan pemilihan lokal, meskipun beberapa negara bagian menunda pemilihan lokal hingga 2023 untuk menghindari musim hujan akhir tahun.
Musim hujan, yang sering kali membawa bencana banjir, menimbulkan kekhawatiran atas jumlah pemilih.
Sekitar 3.000 orang telah mengungsi dan badai diperkirakan terjadi di beberapa bagian negara itu pada hari pemilihan umum.
Pemerintah mengumumkan libur dua hari mulai Jumat (18/11/2022), sebuah langkah yang mereka harapkan akan memfasilitasi pemungutan suara serta meredakan kemarahan terhadap UMNO karena memaksakan pemilihan cepat.
Baca Juga: Investasi Singapura dan Malaysia di RI Besar, Bahlil: Jangan Terkecoh, Bukan Uang Mereka Semua
Pertarungan utama akan terjadi lagi antara koalisi pimpinan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) yang telah lama berkuasa dan Pakatan Harapan yang dipimpin tokoh oposisi Anwar Ibrahim, atau Aliansi Harapan.
Perikatan Nasional, atau Aliansi Nasional, adalah kuda hitam dalam jajak pendapat.
Didorong kemarahan atas korupsi pemerintah, blok reformis Anwar mengalahkan koalisi UMNO, Barisan Nasional, atau Front Nasional, dalam pemilu 2018 yang menyebabkan perubahan rezim pertama sejak kemerdekaan Malaysia dari Inggris pada 1957.
Jajak pendapat bisa menjadi kesempatan terakhir bagi Anwar (75 tahun) untuk mencapai cita-citanya selama dua dekade ini untuk menjadi perdana menteri Malaysia.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.