LANZHOU, KOMPAS.TV - Kematian balita tiga tahun karena keracunan gas di perumahan yang menjadi area lockdown di China memicu kemarahan atas kebijakan nol-Covid-19.
Ayah anak laki-laki itu mengklaim dalam sebuah postingan media sosial bahwa pekerja Covid-19 berusaha mencegahnya meninggalkan kompleks mereka di Lanzhou, Ibu Kota Provinsi Gansu.
Padahal, mereka berusaha mencari perawatan bagi anaknya, menyebabkan penundaan yang dia yakini akhirnya berakibat fatal.
Dikutip dari CNN, sebuah postingan media sosial ayah dari balita itu, Rabu (2/11/2022), tentang kematian putranya disambut dengan curahan kemarahan dan kesedihan publik.
Baca Juga: Penembakan Mantan PM Pakistan Imran Khan Pancing Kemarahan, Dikecam sebagai Tindakan Keji
Beberapa tagar terkait tragedi itu mengumpulkan ratusan juta tampilan pada hari berikutnya di Weibo, platform mirip Twitter di China.
“Tiga tahun pandemi merupakan seluruh kehidupannya,” bunyi komentar populer mengenai insiden tersebut.
Tragedi terakhir tersebut semakin menyiramkan kemarahan terhadap kebijakan nol-Covid-19 yang ketat.
Kebijakan tersebut terus menjungkirbalikkan kehidupan sehari-hari dengan lockdown yang tak henti-hentinya, karantina dan mandat pengujian massal.
Hal itu bahkan terjadi ketika seluruh dunia mulai beralih dari pandemi.
Banyak kasus serupa melibatkan orang yang sekarat setelah ditolak akses cepat ke perawatan medis darurat selama lockdown.
Meski para pejabat China, termasuk Presiden Xi Jinping menegaskan kebijakan Covid-19 itu akan menempatkan orang dan kehidupan mereka terlebih dahulu.
Sebagian Lanzhou, termasuk permukiman tempat keluarga balita itu tinggal, telah melakukan lockdown sejak Oktober lalu.
Baca Juga: China Lakukan Kebijakan Aneh usai Covid Mewabah Lagi, Tes Swab Ikan Kepiting dan Udang
Sumber : CNN
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.