Dalam sebuah pernyataan video, dengan darah menodai pakaiannya, Javed bersikeras bahwa pawai protes Khan ke Islamabad tidak akan berhenti.
Menteri Dalam Negeri Rana Sanaullah Khan menuntut laporan dari polisi tentang insiden itu dan mengutuk serangan bersenjata tersebut.
Baca Juga: Indonesia Kirim Bantuan untuk Korban Banjir di Pakistan Senilai Sekitar USD1 Juta
Fawad Chaudhry, seorang pemimpin senior dari partai Khan, mengatakan kepada para pendukung di sekitar truk Khan bahwa serangan itu merupakan upaya untuk membunuh mantan perdana menteri itu.
Imran Khan, mantan bintang kriket yang menjadi politisi Islam, telah menolak untuk mundur dari posisinya.
Khan telah berselisih dengan militer Pakistan yang terkenal memiliki pengaruh kuat di negara itu, dan menolak untuk membatalkan rencananya menggelar pawai ke Islamabad.
Sementara pihak militer telah mengatakan bahwa meskipun Khan memiliki hak demokratis untuk mengadakan rapat umum di Islamabad, tidak ada yang akan diizinkan untuk mengacaukan negara.
Pihak berwenang di Islamabad telah mengerahkan keamanan tambahan di sekitar kota untuk mencegah bentrokan atau kekerasan.
Serangan itu terjadi kurang dari seminggu setelah Imran Khan memulai pawainya dari Lahore, ibu kota provinsi Punjab, bersama dengan ribuan pendukungnya yang meminta pemilihan dilakukan lebih awal.
Namun pemerintahan Sharif menegaskan bahwa tidak akan ada pemungutan suara lebih awal dan pemilihan berikutnya akan diadakan sesuai jadwal pada tahun 2023.
Baca Juga: Taliban dan Pasukan Pakistan Baku Tembak di Perbatasan gara-gara Pembangunan Pos Jaga
Pakistan memiliki sejarah pembunuhan politis selama puluhan tahun, termasuk yang dialami Benazir Bhutto, pemimpin perempuan pertama di negara mayoritas muslim itu pada 2007.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.