SEOUL, KOMPAS.TV - Nathan Taverniti, warga Australia penyintas peristiwa impitan kerumunan di Itaewon, Seoul, Korea Selatan menyalahkan otoritas yang dinilainya gagal memberlakukan kebijakan kontrol kerumunan efektif. Tiadanya kontrol efektif ketika perayaan Halloween yang ramai dianggapnya menimbulkan tragedi yang merenggut lebih dari 150 nyawa tersebut.
Saat itu, kerumunan orang yang menyesaki gang sempit memicu sentakan gelombang massa yang membuat banyak orang berjatuhan dan mati akibat berdesak-desakan. Sekitar 100.000 orang diperkirakan memadati Itaewon malam itu.
"Jika pemerintah tahu bahwa akan ada sebegitu banyak orang di sana, dan akan ada blokade jalan, maka seharusnya ada petugas kedaruratan dan polisi yang cukup untuk bersiaga di lokasi," kata Taverniti kepada Associated Press di Seoul, Senin (31/10/2022).
Pemerintah Korea Selatan sendiri santer dikritik karena dianggap gagal mengantisipasi kerumunan perayaan Halloween di Itaewon. Kalangan pakar berpendapat, seharusnya otoritas terkait menutup sementara sebagian jalan kecil di kawasan tersebut.
Baca Juga: Cerita WNI Saksikan Kengerian Tragedi Halloween Itaewon, Banyak Orang Berteriak "Tolong"
Kata Taverniti, ia tak menyangka bakal terjadi peristiwa memilukan di gang itu hingga melihat seorang wanita yang tergelincir lalu jatuh di kerumunan. Taverniti sendiri datang ke Itaewon bersama tiga temannya, tetapi mereka hilang ditelan kerumunan.
"Tiba-tiba ada lebih banyak orang yang jatuh, ada terlalu banyak orang," katanya.
Taverniti mengaku sempat melihat tangan seorang temannya menyembul dari kerumunan dan berusaha menggamitnya. Namun, ia gagal meraihnya usai terimpit beban orang-orang lain yang kehilangan keseimbangan.
Taverniti lalu berteriak ke bar-bar dan klub di pinggir gang untuk membuka pintu agar sebagian orang bisa masuk, tetapi tidak ada yang mendengarkan.
Sekitar setengah jam usai massa berjatuhan, polisi mulai datang dan orang-orang di kerumunan mencoba menarik korban luka. Ia lalu menemukan temannya di barisan korban yang tak sadarkan diri.
Taverniti menyebut teman-temannya terluka dan dirawat di rumah sakit Seoul. Ia mengaku berencana tinggal di Korea Selatan lebih lama untuk memantau kondisi teman-temannya.
"Saya yakin 100 persen bahwa insiden ini adalah buah dari mismanajemen pemerintah dan kekurangcakapan, karena saya tahu bahwa acara Halloween selalu sebesar ini di Itaewon," kata Taverniti.
"Tahun ini, jelas kehadiran polisi tidak cukup jumlahnya," pungkasnya.
Baca Juga: Kepala Polisi Korea Selatan Akui Respons Penegak Hukum Tidak Memadai, Minta Maaf atas Tragedi Itaewo
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.