WASHINGTON, KOMPAS.TV - Bekas pasukan khusus Afghanistan yang dilatih Amerika Serikat (AS) dilaporkan direkrut menjadi tentara bayaran Rusia untuk membantu upaya invasi ke Ukraina. Ribuan bekas personel pasukan khsusu ini kabur ke Iran usai penarikan pasukan AS yang disusul naiknya Taliban ke tampuk kekuasaan pada 2021 lalu.
Menurut laporan Associated Press, Selasa (1/11/2022), tiga mantan jenderal Afghanistan mengonfirmasi bahwa Rusia berupaya menawari ribuan personel untuk direkrut. Mereka hendak ditaruh ke "legiun asing" dengan upah 1.500 dolar AS per bulan atau sekitar Rp24,4 juta.
Para tentara bayaran juga ditawari tempat berlindung bagi keluarga dan dijamin tidak akan dideportasi ke Afghanistan. Di negara asalnya, komando Afghanistan khawatir akan dieksekusi Taliban.
"Mereka tidak mau bertempur, tetapi mereka tidak punya pilihan," kata seorang mantan jenderal Afghanistan, Abdul Raof Arghandiwal kepada Associated Press.
"Mereka bertanya ke saya, 'Beri saya solusi. Apa yang harus saya lakukan? Jika kami balik ke Afghanistan, Taliban akan membunuh kami,'" ujarnya.
Baca Juga: Kisah Istri-Istri Rusia yang Kesepian, Ditinggal Suami yang Kabur karena Menolak Mobilisasi Tentara
Kata Arghandiwal, perekrutan bekas komando Afghanistan ini dilakukan oleh Wagner Group, kelompok tentara bayaran yang membantu Rusia. Panglima terakhir Angkatan Bersenjata Afghanistan, Hibatullah Alizai pun menyebut perekrutan ini dibantu seorang manta komandan pasukan khusus yang tinggal di Rusia.
Sebelumnya, pasukan AS yang bertugas di Afghanistan telah memperingatkan bahwa pasukan khusus negara itu bakal menjadi target Taliban. Apabila tidak diberi perlindungan oleh Washington, mereka berpeluang direkrut musuh-musuh AS sekadar untuk bertahan hidup.
"Saya tidak ingin melihat mereka di medan tempur mana pun, sebetulnya, tetapi jelas jangan bertempur melawan orang Ukraina," kata Michael Mulroy, bekas pejabat CIA yang bertugas di Afghanistan.
Perekrutan pasukan khusus Afghanistan ini seiring dengan digulungnya pasukan Rusia oleh serangan balik Ukraina beberapa bulan belakangan. Presiden Vladimir Putin sendiri telah berupaya menggenjot daya tempur dengan memobilisasi 200.000 personel baru.
Hingga berita ini diturunkan, belum jelas berapa personel pasukan khusus Afghanistan yang telah berhasil direkrut Rusia. Seorang mantan personel komando yang berbicara secara anonim dengan Associated Press mengaku ia tergabung dalam grup WhatsApp bersama sekitar 400 koleganya yang mempertimbangkan tawaran Rusia.
Ia menyebut banyak bekas pasukan khusus yang takut dideportasi ke Afghanistan dan murka ke Washington karena meninggalkan mereka.
"Kami pikir mereka (AS) akan membuat program khusus untuk kami, tetapi tidak ada yang memedulikan kami. Mereka meninggalkan kami begitu saja di tangan Taliban," kata mantan anggota tersebut.
Ia mengaku tengah menunggu apakah rekan-rekannya menerima tawaran Rusia, tetapi yakin bahwa banyak mantan anggota yang akan mau direkrut.
Di lain sisi, Kementerian Pertahanan Rusia belum menanggapi isu perekrutan bekas pasukan khusus Afghanistan. Sedangkan juru bicara Wagner Group, Yevgeny Prigozhin membantah perekrutan itu dengan menyebutnya "omong kosong gila."
Baca Juga: Menko Marves Harap KTT G20 Jadi Tempat Perdamaian Rusia-Ukraina
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.