KIEV, KOMPAS.TV — Pasukan Ukraina menyerang wilayah pertahanan Rusia di kota Kherson, Kamis (27/10/2022). Ketika pertempuran terjadi, pihak berwenang yang ditunjuk Moskow telah meninggalkan kota, dan bergabung dengan puluhan ribu penduduk yang melarikan diri ke wilayah lain yang dikuasai Rusia.
Pasukan Ukraina mengepung Kherson dari barat dan menyerang wilayah Rusia di tepi barat Sungai Dnieper, yang membagi wilayah Rusia dan Ukraina.
Meskipun terdesak, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Moskow tidak memiliki niat untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina, meskipun berulang kali mengeluarkan peringatan di masa lalu bahwa ia siap untuk menggunakan semua cara yang tersedia untuk membela Rusia, termasuk persenjataan nuklirnya.
Baca Juga: Rusia Ancam Tembak Satelit Komersial Barat yang Digunakan untuk Bantu Ukraina
“Kami melihat tidak perlu untuk itu (menggunakan senjata nukir),” kata Putin pada konferensi pakar kebijakan luar negeri internasional di luar Moskow. “Tidak ada gunanya itu, baik politik maupun militer,” tambahnya seperti dikutip dari The Associated Press.
Namun demikian, Rusia memperingatkan bahwa Moskow dapat menargetkan satelit komersial Barat yang digunakan militer untuk mendukung Ukraina. Selain itu, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menuduh Amerika Serikat mengejar eskalasi yang "tidak bijaksana dan gila".
Zakharova berpendapat bahwa Washington harus mengambil pendekatan lebih seperti yang dilakukan selama Krisis Rudal Kuba pada tahun 1962, ketika negara adidaya akhirnya mundur dari konfrontasi nuklir.
“Semakin AS ditarik untuk mendukung rezim Kiev di medan perang, semakin mereka berisiko memprovokasi konfrontasi militer langsung antara kekuatan nuklir terbesar yang penuh dengan konsekuensi bencana,” kata Zakharova.
Ukraina telah mendorong maju pasukannya untuk merebut kembali wilayah Kherson, yang direbut pasukan Rusia sejak awal perang. Lebih dari 70.000 penduduk kota Kherson telah dievakuasi dalam beberapa hari terakhir. Wakil Gubernur Kherson Kirill Stremousov menyatakan, anggota pemerintahan regional yang didukung Rusia juga telah melarikan diri. Pusara pahlawan Rusia dipindahkan, bersama dengan sisa-sisa jenazah Grigory Potemkin, yaitu jenderal Rusia yang mendirikan Kherson pada abad ke-18. Jenazahnya disimpan di Gereja St. Catherine di kota itu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menggambarkan laporan tentang kemungkinan penarikan pasukan Rusia dari kota itu sebagai disinformasi.
"Saya tidak melihat mereka melarikan diri dari Kherson," kata Zelenskyy dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Italia Corriere della Sera. "Ini adalah serangan informasi, jadi kita pergi ke sana, memindahkan pasukan dari arah berbahaya lainnya ke sana."
Baca Juga: Dubes Rusia untuk AS Ungkap Adanya Konsekuensi Bencana dari Pengiriman Pasukan NATO ke Ukraina
Sementara itu di Ukraina timur, pasukan Rusia terus membombardir kota Bakhmut di wilayah Donetsk, membuat kemajuan perlahan menuju pusat.
Wakil kepala delegasi Rusia di panel kontrol senjata PBB, Konstantin Vorontsov, menggambarkan penggunaan satelit komersial AS dan Barat lainnya untuk tujuan militer selama pertempuran sebagai langkah yang sangat berbahaya.
“Infrastruktur kuasi-sipil bisa menjadi target yang sah untuk serangan balasan,” Vorontsov memperingatkan.
Sementara itu, pasukan Rusia melakukan serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina yang telah menyebabkan meningkatnya kekhawatiran energi menjelang musim dingin. Serangan pesawat tak berawak Rusia Kamis pagi menghantam fasilitas energi di dekat ibu kota Kiev dan menyebabkan kebakaran serius.
Gubernur regional Kiev Oleksiy Kuleba menyatakan, pemadaman bergilir mendesak konsumen untuk menghemat daya. Dia mengatakan pihak berwenang juga masih memikirkan bagaimana memulihkan layanan energi yang sangat diperlukan untuk menghangatkan rumah, terutama menjelang musim dingin.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.