SEOUL, KOMPAS.TV - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol hari Selasa (25/10/2022), mengungkapkan Korea Utara telah menyelesaikan persiapan uji coba nuklir ke tujuhnya, seperti dilaporkan Kyodo.
Yoon juga mengungkapkan Korea Selatan tetap waspada terhadap provokasi lebih lanjut dari Pyongyang.
Korea Utara "tampaknya telah menyelesaikan persiapannya" untuk uji coba nuklir, kata Yoon saat berpidato di Majelis Nasional Korea Selatan pada hari Selasa.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Korea Selatab di tengah spekulasi yang berkembang bahwa Korea Utara akan segera melakukan uji coba nuklir pertamanya sejak September 2017.
Yoon mengkritik uji coba rudal balistik Pyongyang baru-baru ini yang dipandang sudah melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB, yang telah dilakukan dengan "kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Presiden Yoon bersumpah Korea Selatan dan Amerika Serikat akan meningkatkan kerja sama untuk melawan ancaman yang ditimbulkan oleh program pengembangan nuklir dan peluru kendali Korea Utara.
Sejak awal 2022, Korea Utara melakukan 27 putaran uji coba rudal.
Baca Juga: Makin Gawat, Korea Utara dan Selatan Saling Beri Tembakan Peringatan di Perbatasan Laut
Situasi kedua negara makin membara, dimana hari Senin (24/10/2022) Korea Utara dan Korea Selatan dilaporkan saling bertukar tembakan peringatan di sepanjang perbatasan laut barat yang disengketakan, kata militer masing-masing negara seperti laporan Associated Press, di tengah meningkatnya permusuhan atas rentetan uji senjata Korea Utara baru-baru ini.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa angkatan lautnya menyiarkan peringatan dan melepaskan tembakan peringatan untuk mengusir kapal dagang Korea Utara yang dikatakan melanggar batas laut hari Senin pagi.
Militer Korea Utara mengatakan unit pertahanan pantainya menanggapi dengan menembakkan 10 tembakan peringatan artileri ke arah perairan teritorialnya, di mana "gerakan musuh angkatan laut terdeteksi."
Mereka menuduh kapal angkatan laut Korea Selatan menyusup ke perairan Korea Utara dengan dalih menindak kapal tak dikenal.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan penembakan artileri Korea Utara melanggar kesepakatan antar-Korea 2018 tentang mengurangi permusuhan militer dan merusak stabilitas di Semenanjung Korea.
Dikatakan bahwa peluru Korea Utara tidak mendarat di perairan Korea Selatan tetapi Korea Selatan meningkatkan kesiapan militernya.
Tidak ada laporan bentrokan, tetapi batas laut yang ditandai dengan buruk di lepas pantai barat Semenanjung Korea adalah sumber permusuhan lama antara kedua Korea.
Sumber : Kompas TV/Antara/Kyodo
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.