MOSKOW, KOMPAS.TV - Kementerian Pertahanan Rusia hari Sabtu (8/10/2022) menunjuk seorang jenderal baru untuk memimpin serangan Ukraina secara keseluruhan setelah Moskow mengalami serangkaian kemunduran militer yang memicu kritik terhadap kepemimpinan tentara Rusia.
Seperti dilansir Straits Times, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Jenderal Sergey Surovikin telah ditunjuk sebagai komandan Pasukan Gabungan di wilayah 'operasi militer khusus'.
Sebelumnya dilaporkan, Jenderal Surovikin bertanggung jawab untuk wilayah yang diduduki Rusia di Ukraina Selatan.
Keputusan itu diumumkan setelah pasukan Moskow didorong mundur oleh Kiev dalam beberapa pekan terakhir di daerah-daerah yang oleh Kremlin diklaim sebagai bagian dari Rusia "selamanya".
Menurut situs Kementerian Pertahanan Rusia, Jenderal Surovikin berusia 55 tahun, lahir di Novosibirsk, Siberia.
Dia memiliki pengalaman tempur dalam konflik 1990-an di Tajikistan dan Chechnya, dan baru-baru ini di Suriah, negara tempat Moskow melakukan intervensi pada 2015 di pihak rezim Bashar al-Assad.
Surovikin, yang selama musim panas ditugaskan untuk memimpin pasukan Rusia di Ukraina selatan, pernah memimpin pasukan Rusia di Suriah. Ia juga terkenal kontroversial karena dituduh bertanggung jawab dan memerintahkan pengeboman brutal yang menghancurkan sebagian besar kota Aleppo.
Baca Juga: Rusia Tertawakan Ketakutan AS yang Samakan Ancaman Nuklir di Ukraina dengan Krisis Rudal Kuba 1962
Sampai saat ini Jenderal Surovikin memimpin pasukan "Selatan" di Ukraina, menurut laporan kementerian pertahanan pada bulan Juli.
Nama pendahulunya tidak pernah secara resmi diungkapkan, tetapi beberapa media Rusia mengatakan itu adalah Jenderal Alexander Dvornikov, juga seorang jenderal Perang Chechnya Kedua dan komandan Rusia di Suriah.
Keputusan itu, yang secara tidak biasa diumumkan oleh Moskow, muncul setelah serangkaian kekalahan telak yang diderita oleh tentara Rusia di Ukraina.
Pasukan Rusia diusir dari sebagian besar wilayah timur laut Kharkiv pada awal September oleh serangan balasan Ukraina yang memungkinkan Kyiv merebut kembali ribuan kilometer persegi wilayah.
Pasukan Rusia juga kehilangan wilayah di Kherson selatan serta pusat logistik serta transportasi Lyman di Ukraina timur.
Kemunduran tersebut menyebabkan meningkatnya kritik terhadap kepemimpinan militer, termasuk dari kalangan elite.
Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov menyerukan pemecatan seorang jenderal tinggi pekan lalu, sementara seorang anggota parlemen senior - Andrei Kartapolov - mendesak para pejabat militer untuk berhenti "berbohong" tentang situasi di medan perang.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.