WASHINGTON, KOMPAS.TV - Ekonomi Ukraina yang dilanda perang diperkirakan menyusut 35 persen tahun ini, kata Bank Dunia, pada Selasa (4/5/2022), dengan serangan Rusia ke negara itu menggusur jutaan orang dari lapangan kerja.
"Setelah serangan oleh Moskow, ekonomi Ukraina telah "dilukai oleh penghancuran kapasitas produktif, kerusakan lahan pertanian, dan berkurangnya pasokan tenaga kerja," kata Bank Dunia dalam pembaruan ekonomi untuk Eropa dan Asia Tengah.
Pemberi pinjaman pembangunan global memperkirakan lebih dari 14 juta orang telah mengungsi akibat perang.
Pemulihan dan rekonstruksi akan membutuhkan setidaknya US$349 miliar atau 5300 triliun Rupiah, lebih dari 1,5 kali ukuran ekonomi Ukraina sebelum perang, kata laporan itu.
Kongres AS pekan lalu menyetujui bantuan US$12,3 miliar lagi atau 187 triliun Rupiah untuk membantu Ukraina memerangi invasi saat pertempuran berkecamuk.
Baca Juga: Bank Dunia: Ekonomi Ukraina akan Menyusut 45 Persen karena Perang, Rusia Terancam Resesi
Harga pangan dan energi global melonjak di tengah pengurangan besar dalam pasokan Rusia, dan Bank Dunia mengatakan perang yang sedang berlangsung mengurangi prospek pemulihan pascapandemi untuk negara-negara miskin dan berkembang di kawasan.
“Krisis perang yang tumpang tindih di Ukraina, pandemi yang sedang berlangsung, dan lonjakan harga makanan dan bahan bakar adalah pengingat yang menyakitkan bahwa pemerintah perlu bersiap untuk mengelola guncangan besar dan tak terduga yang terurai dengan sangat cepat,” Anna Bjerde, wakil Bank Dunia Presiden untuk Eropa dan Asia Tengah, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Laporan tersebut mencatat harga global untuk minyak, gas, dan batu bara meningkat sejak awal 2021, tetapi "melonjak" setelah serangan Rusia dan mengirim inflasi "ke tingkat yang tidak terlihat selama beberapa dekade di kawasan itu."
Itu sangat menyakitkan bagi negara-negara yang bergantung pada energi impor dan "negara-negara yang terkait erat dengan pasar energi Uni Eropa," dan bank mengatakan negara-negara harus bersiap menghadapi kekurangan.
Output regional diperkirakan akan berkontraksi sebesar 0,2 persen tahun ini, sementara pertumbuhan untuk 2023 dipatok pada 0,3 persen, dan kegiatan ekonomi "akan tetap sangat tertekan hingga tahun depan."
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.