MOSKOW, KOMPAS.TV - Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov, sekutu Presiden Vladimir Putin, hari Senin, (3/10/2022) mengatakan dia mengirim tiga putranya yang masih remaja, berusia 14, 15 dan 16, ke front pertempuran Ukraina.
"Sudah waktunya untuk membuktikan diri dalam pertarungan nyata, saya hanya bisa menyambut keinginan ini," tulis Kadyrov di Telegram, memposting video anak laki-laki menembakkan rudal dalam sebuah latihan.
"Segera mereka akan pergi ke garis depan dan akan berada di bagian paling sulit dari garis kontak."
Dia mengatakan Akhmat, 16 tahun, Eli,15 tahun dan Adam, 14 tahun, telah dilatih untuk pertempuran "hampir dari tahun-tahun termuda mereka" dan bersikeras dia "tidak bercanda."
Video tersebut menunjukkan anak laki-laki dalam pakaian kamuflase dan kacamata hitam, di atas tank, dengan senjata diikatkan ke pinggang mereka, menembak peluncur roket dan senapan mesin.
Terkadang para remaja tersenyum saat memotret atau mengacungkan jempol.
Kadyrov, mantan panglima perang pemimpin republik Chechnya yang berpenduduk mayoritas Muslim, menjadi salah satu pendukung Rusia yang paling vokal terhadap serangan Putin di Ukraina.
Baca Juga: Rusia Kembali Kalah di Kota Strategis, Kadyrov Murka, Minta Putin Gunakan Senjata Nuklir Daya Rendah
Postingan itu muncul ketika Kremlin pada hari Senin menolak seruannya untuk menggunakan senjata nuklir taktis berkadar rendah di Ukraina setelah serangkaian kekalahan militer Rusia di beberapa pertempuran.
"Ini adalah momen yang sangat emosional," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam briefing harian dengan wartawan, merujuk pada pernyataannya.
"Di negara kita, penggunaan senjata nuklir hanya terjadi berdasarkan apa yang dinyatakan dalam doktrin yang relevan," kata Peskov.
Meski demikian, Peskov memuji "kontribusi heroik" pemimpin Chechnya dalam operasi militer di Ukraina.
Kadyrov meminta opsi nuklir setelah Moskow menarik diri dari kota Lyman, yang membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk menguasainya awal tahun ini.
"Menurut pendapat pribadi saya, tindakan yang lebih drastis harus diambil, seperti deklarasi darurat militer di daerah perbatasan dan penggunaan senjata nuklir berdaya ledak rendah," kata Kadyrov di saluran Telegramnya.
Dia juga mengkritik Kolonel Jenderal Alexander Lapin, yang bertanggung jawab atas pasukan Rusia yang bertempur di wilayah tersebut, menyebutnya "biasa-biasa saja".
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.