MOSKOW, KOMPAS.TV - Kremlin hari Senin, (27/9/2022) mengakui mobilisasi militernya untuk memperkuat serangan Rusia di Ukraina penuh dengan masalah.
Laporan New York Times, Selasa, (28/9/2022), menyebutkan pengakuan itu terjadi pada hari yang sama ketika seorang pria, yang tampaknya putus asa atas mobilisasi, menembak dan melukai seorang petugas perekrutan di sebuah kantor wajib militer di Siberia.
Sejak Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan "mobilisasi parsial" minggu lalu untuk memanggil 300.000 orang dengan pengalaman militer untuk bergabung dalam pertempuran, ada laporan luas tentang wajib militer di daerah pedesaan yang menyapu etnis minoritas dan, tampaknya, orang-orang yang tidak layak untuk bergabung ke militer.
Protes meletus di kota-kota yang jauh, pusat perekrutan menjadi sasaran pembakaran, dan ribuan pria usia militer menggunakan pesawat dan kendaraan untuk melarikan diri melintasi perbatasan Rusia.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov hari Senin, (26/9/2022) mengakui ada kejanggalan dalam pemanggilan tersebut, tetapi ia mencoba untuk mengalihkan kesalahan kepada pihak berwenang setempat yang melakukan mobilisasi di antara warga sipil yang menentang di seluruh negeri.
"Ada kasus-kasus ketika dekrit itu dilanggar," katanya kepada wartawan. Dia mengatakan masalah sedang ditangani.
Analis mengatakan karena masalah pasokan Rusia dan banyak korban dalam perang, Kremlin kemungkinan besar akan berjuang untuk melatih dan memperlengkapi rekrutan baru.
Baca Juga: Protes Anti-Mobilisasi Rusia Meletus di Kaukasus, Potret Vladimir Putin Dibakar Massa
“Kurangnya pelatih militer, dan tergesa-gesanya Rusia memulai mobilisasi, menunjukkan banyak dari pasukan yang direkrut akan dikerahkan ke garis depan dengan persiapan minimal yang relevan,” kata badan intelijen pertahanan Inggris hari Senin.
"Mereka cenderung mengalami tingkat gesekan yang tinggi." tambah dinas intelijen Inggris.
Dalam percepatan lain serangan ke Ukraina, Moskow dan perpanjangannya di empat wilayah Ukraina yang diduduki, mulai menggelar referendum pekan lalu untuk menjadi bagian dari Rusia.
Sebagian besar dunia telah mengutuk pemungutan suara itu sebagai tipuan belaka.
Hasil pemungutan suara di empat daerah diharapkan akan diumumkan pada hari Selasa.
Kremlin kemudian diperkirakan akan secara resmi mengumumkan pencaplokan wilayah tersebut, sebuah langkah yang menurut para analis dapat memberi Moskow dalih lain untuk meningkatkan perang.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan bahwa pencaplokan itu akan memungkinkan Putin untuk mengklaim bahwa dia sedang berperang untuk bertahan.
Sumber : Kompas TV/New York Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.