TOKYO, KOMPAS.TV - Pemerintah Jepang menyatakan kekhawatiran mendalam mengenai potensi pengunaan senjata nuklir oleh Rusia di Ukraina.
Hal tersebut disampaikan pejabat Tokyo usai Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan ancaman terselubung penggunaan senjata nuklir ketika mengumumkan mobilisasi parsial pekan lalu.
Ketua Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno merujuk pengalaman Jepang yang pernah dibom nuklir dua kali ketika Perang Dunia Kedua.
“Sebagai satu-satunya negara di dunia yang pernah mengalami serangan nuklir, kami menuntut dengan tegas bahwa ancaman atau penggunaan senjata nuklir oleh Rusia tidak boleh terjadi,” kata Matsuno dalam konferensi pers di Tokyo, Senin (26/9/2022), dikutip Associated Press.
Baca Juga: AS Berang Putin Kasih Sinyal Pakai Nuklir di Ukraina, Bakal Timbulkan Konsekuensi Bencana
Akan tetapi, ketika ditanya mengenai kans tindakan serangan nuklir balasan Amerika Serikat (AS) ke Rusia, Matsuno memilih bungkam.
Pertanyaan itu terkait komentar penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan pada Minggu (25/9) lalu tentang kesiapan Washington bertindak “tegas” apabila Rusia mengebom nuklir Ukraina.
Matsuno menolak mengomentari kans penggunaan senjata nuklir oleh AS dengan menyebut itu sebagai pertanyaan hipotetis.
Pada kesempatan yang sama, pemerintah Jepang juga mengumumkan tambahan larangan ekspor bahan-bahan yang bisa digunakan membuat senjata kimia ke Rusia.
Tokyo melarang ekspor material-material terkait senjata kimia ke 21 organisasi Rusia, termasuk laboratorium-laboratorium sains. Langkah ini disepakati kabinet Perdana Menteri Fumio Kishida menyusul keputusan yang diambil dalam forum menteri luar negeri G7 pekan lalu.
Baca Juga: Putin Diyakini Bakal Dibunuh Jenderalnya Sendiri jika Gunakan Senjata Nuklir
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.