LONDON, KOMPAS.TV - Penelitian terbaru di Inggris menyimpulkan bahwa bayi dalam kandungan punya reaksi berbeda atas rasa dan bau makanan yang dimakan ibunya.
Bila Anda yang sedang hamil gemar memakan pete dan jengkol, mungkin bukan hanya suami yang bereaksi, namun berdasarkan penelitian ini, bayi dalam kandungan mungkin juga bereaksi.
Peneliti di Universitas Durham, Inggris melihat, bayi dalam kandungan adalah penggemar berat wortel tetapi tidak begitu menggemari sayuran berdaun hijau, dan menunjukkannya dengan ekspresi di wajah mereka, kata para ilmuwan dalam sebuah studi baru yang diterbitkan Kamis, (22/9/2022) seperti laporan Straits Times.
Para peneliti di Universitas Durham di timur laut Inggris mengatakan, temuan itu adalah bukti langsung pertama bahwa bayi bereaksi berbeda terhadap berbagai bau dan rasa sebelum mereka lahir.
Sebuah tim ilmuwan mempelajari hasil pemindaian ultrasound 4D 4 dimensi dari 100 perempuan hamil dan menemukan bahwa bayi yang terpapar rasa wortel menunjukkan respons "wajah tertawa".
Mereka yang terpapar rasa sayur kale secara kontras menunjukkan lebih banyak respons "wajah menangis".
Kale adalah sayuran yang masih satu anggota keluarga dengan kubis. Daun kale bisa berwarna hijau atau ungu, dan memiliki bentuk yang halus atau keriting.
Sayuran daun kale mengandung vitamin A, vitamin K, vitamin C, vitamin B6, mangan, kalsium, magnesium, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, fosfor, dan zat besi
Peneliti utama pascasarjana Beyza Ustun mengatakan, "Sejumlah penelitian menyarankan bahwa bayi dapat merasakan dan mencium di dalam rahim, tetapi mereka didasarkan pada hasil pasca-kelahiran sementara penelitian kami adalah yang pertama melihat reaksi ini sebelum lahir."
Baca Juga: Penelitian: Indonesia Pelaku Utama Deforestasi Dunia untuk Pertambangan Tahun 2010 -2014
Akibatnya, kata para peneliti, "kami berpikir paparan berulang terhadap rasa sebelum kelahiran dapat membantu menetapkan preferensi makanan setelah melahirkan, yang mungkin penting ketika memikirkan pesan seputar makan sehat dan potensi untuk menghindari 'rewel makanan' saat menyapih."
Manusia mengalami rasa (flavour) melalui kombinasi rasa (taste) dan bau (aroma).
Pada janin, diperkirakan hal ini terjadi melalui menghirup dan menelan cairan ketuban di dalam rahim.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Psychological Science, melibatkan para ilmuwan dari Durham's Fetal and Neonatal Research Lab dan Aston University di Birmingham, Inggris tengah.
Sebuah tim dari National Center for Scientific Research di Burgundy, Prancis, juga terlibat.
Tim peneliti percaya temuan ini dapat memperdalam pemahaman tentang perkembangan reseptor rasa dan penciuman manusia serta persepsi dan memori.
Rekan penulis penelitian Profesor Jackie Blissett, dari Aston University, mengatakan, "Dapat dikatakan bahwa paparan rasa prenatal (sebelum kelahiran) yang berulang dapat menyebabkan preferensi untuk rasa yang dialami setelah melahirkan".
Dengan kata lain, mengekspos janin pada rasa yang kurang 'disukai', seperti kangkung, mungkin berarti mereka terbiasa dengan rasa itu di dalam rahim.
Blisset juga menambahkan bahwa , "Langkah selanjutnya adalah memeriksa apakah janin menunjukkan respons 'negatif' yang lebih sedikit terhadap rasa ini dari waktu ke waktu, menghasilkan penerimaan yang lebih besar terhadap rasa tersebut saat bayi pertama kali mencicipinya di luar rahim."
Sumber : Kompas TV/Straits Times/Sage Journal
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.