Ketika Elizabeth berusia 18 tahun, Raja George VI membebaskannya dari wajib militer karena dia mengatakan pelatihannya sebagai pewaris takhta lebih diutamakan daripada kebutuhan tenaga kerja pada masa perang.
Namun sang putri, yang memulai pekerjaan membantu perang pada usia 14 tahun dengan siaran kepada anak-anak terlantar dan kemudian merawat kebun sayur sebagai bagian dari program "Menanam untuk Kemenangan" pemerintah, berhasil mendapat izin ayahnya, Raja George VI.
Elizabeth mendaftar di Auxiliary Territorial Service pada Februari 1945 dan dilatih untuk menjadi sopir truk dan mekanik militer.
ATS adalah unit yang terbesar dari satuan bantuan tempur yang mengerahkan perempuan ke pekerjaan non-tempur seperti juru tulis, pengemudi dan pengendara pengiriman, membuat pria bisa ditugaskan di garis depan.
Sebagai anggota perempuan pertama dari keluarga kerajaan yang bertugas di angkatan bersenjata, Elizabeth dipromosikan menjadi komandan junior kehormatan, setara dengan kapten tentara, setelah menyelesaikan lima bulan pelatihan.
Tetapi perang berakhir sebelum dia dapat ditugaskan untuk tugas aktif.
Pada tanggal 8 Mei 1945, Putri Elizabeth muncul dengan seragam militer di balkon Istana Buckingham saat keluarga kerajaan menyapa rakyat yang merayakan menyerahnya Jerman.
Malam itu, dia dan saudara perempuannya, Putri Margaret, menyelinap keluar Istana Buckingham untuk ambil bagian dalam perayaan.
Baca Juga: Beri Penghormatan Terakhir, Warga Inggris Terus Padati Persemayaman Ratu Elizabeth II
"Kami menyemangati raja dan ratu di balkon dan kemudian berjalan bermil-mil di jalanan," kenangnya kemudian.
"Saya ingat barisan orang tak dikenal yang bergandengan tangan dan berjalan di Whitehall, kami semua terbawa arus kebahagiaan dan kelegaan."
Banyak dari mereka yang mengambil bagian dalam kegembiraan itu sekarang telah pergi dan tidak akan kembali.
Di antara mereka adalah Frank Baugh, seorang Royal Marine yang membantu memandu kapal pendarat ke Sword Beach selama pendaratan D-Day tanggal 6 Juni 1944.
Dia kemudian berkampanye untuk sebuah tugu peringatan yang dibangun untuk memperingati 22.442 pria dan wanita yang tewas di bawah komando Inggris selama Pertempuran Normandia.
Beberapa bulan sebelum kematiannya pada bulan Juni di usia 98, Baugh mengunjungi British Normandy Memorial, yang menghadap ke pantai tempat dia bertarung.
"Saya ingin melihat anak-anak datang setiap saat," katanya.
"Karena mereka adalah orang-orang yang kita butuhkan untuk menceritakan apa yang terjadi, dan para pejuang yang tidak kembali, untuk mengingat mereka."
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.