WASHINGTON, KOMPAS.TV - Mantan Komandan NATO meyakini Presiden Vladimir Putin telah salah strategi dalam hubungannya dengan China.
Mantan Laksamana Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), James Stavridis, eks komandan tertinggi NATO pada 2009 hingga 2013, menegaskan aksi Putin saat ini akan membuat China merendahkan dan mendominasi hubungan dengan Rusia.
Pernyataan Satvridis merespons China terlihat sangat menghormati kontrol ekspor sebagai bagian dari sanksi terhadap Rusia yang disebabkan invasi ke Ukraina.
Langkah China itu pun kemudian disebut oleh sumber intelijen AS menjadi alasan membeli rudal dan artileri dari Korea Utara dan Iran.
Baca Juga: Putin Ejek Barat sebagai Korban Sanksinya Sendiri ke Rusia, Ancam Eropa Akan Kedinginan
“Jika anda menghubungi seorang teman atau pedagang senjata adalah Kim Jong-un, maka Anda berbelanja di tempat pasar senjata yang salah,” kata Stavridis di MSNBC, Rabu (7/9/2022) dikutip dari Newsweek.
“Ini tak akan menjadi kasus untuk kemajuan tentara Putin,” tambahnya.
Pernyataan Stavridis ini cukup mengejutkan mengingat China menjadi salah satu pendukung Putin saat Rusia melakukan penyerangan ke Ukraina.
Menurut Stavridis, Presiden China Xi Jinping, tetap ingin mendukung Putin, khususnya terkait hubungan kedua pihak, tapi tak sepenuhnya.
“Tapi di sisi lain, Presiden Xi tak ingin terlihat ‘habis-habisan’ untuk Rusia. Ia tak ingin memberikan senjata kelas atas. Ia tak ingin menjadi teman yang juga pedagang senjata seperti itu,” katanya.
Rusia sendiri hingga kini masih menjadikan China sebagai sekutu utama sejak perang di Ukraina dimulai.
Baca Juga: Butuh Rusia, Armenia Tak Takut Sanksi Barat karena Pertahankan Kerja Sama dengan Moskow
Namun Stavridis percaya bahwa Xi menggunakan Kim Jong-un sebagai semacam pengalihan.
Selain itu juga bahwa pada dekade ini, Putin membawa Rusia ke jalan di mana ia akan menjadi mitra yang sangat kecil untuk China, yang bakal menjadi lebih besar.
“China akan mengambil keuntungan dari Rusia lagi, lagi dan lagi,” tuturnya.
“Saya pikir Putin, yang sempat menjadi seorang yang pintar taktik, menjadi sangat buruk dalam strategi. Oleh karena itu, kegagalannya dalam serangan ke Ukraina dan yang ia tempuh sekarang dengan China, tak akan menyelamatkannya,” sambungnya.
Sumber : Newsweek
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.