TOKYO, KOMPAS.TV - Perintah evakuasi untuk kota Futaba, yang terdampak bencana nuklir Fukushima, resmi dicabut oleh pemerintah Jepang pada Selasa (30/8/2022).
Diwartakan oleh The Japan Times, Futaba adalah kotamadya terbaru yang dinyatakan aman dari 11 kotamadya lainnya di wilayah itu. Namun, lebih dari 80% kotamadya, berdasarkan areal, tetap dianggap sebagai zona "sulit untuk ditempati".
Reaktor nuklir di Perfektur Fukushima, pada Maret 11 tahun silam, rusak parah dihantam tsunami. Pemerintah Jepang segera mewajibkan ribuan warga untuk mengosongkan Futaba.
Kini sejumlah tempat telah dibuka untuk ditinggali kembali. Bagian-bagian yang dibuka kembali untuk tempat tinggal berada di dekat Stasiun JR Futaba, di daerah pusat kota yang dilengkapi banyak fasilitas komersial dan publik, seperti Great East Japan Earthquake dan Museum Memorial Bencana Nuklir.
Orang-orang sebenarnya sudah diizinkan memasuki beberapa tempat di wilayah timur laut sejak Maret 2020. Namun, saat itu mereka belum boleh tinggal.
Baca Juga: Riset SIPRI: Jumlah Senjata Nuklir Dunia akan Melonjak (I)
Di sisi lain, jumlah penduduk yang berpartisipasi dalam program persiapan kembali ke rumah, yang dipersiapkan sejak Januari 2022, hanya diikuti 85 orang dari 52 rumah tangga. Setelah bencana terjadi, sebagian besar penduduk dievakuasi ke luar prefektur dan memilih untuk tinggal menetap.
Sebelum peristiwa nuklir, Futaba berpenduduk sekitar tujuh ribu orang dan dua ribuan tempat tinggal.
Pada tahun 2030, Pemerintah Jepang menargetkan populasi Futaba menjadi 2.000 penduduk. Hanya saja, sebuah survei yang dilakukan pada tahun lalu menunjukkan, 60,5 persen mantan penduduk memutuskan untuk tidak kembali, timpang dibanding 11,3 persen warga yang berminat menempati kawasan reaktor nuklir itu.
Awal bulan ini, Walikota Futaba Shiro Izawa meminta menteri perindustrian Yasutoshi Nishimura untuk "menunjukkan rooad map menuju dekontaminasi seluruh area," ketika ia mengunjungi Fukushima setelah diangkat sebagai menteri.
Adapun Gubernur Fukushima Masao Uchibori mengatakan "langkah-langkah dan ruang lingkup dekontaminasi, serta bagaimana memperlakukan rumah dan tanah milik mereka yang tidak ingin kembali, belum berhasil."
Baca Juga: Asia Tenggara "Dikepung" Negara-Negara Bersenjata Nuklir (II)
Seperti diketahui, bencana di Fukushima disebut sebagai kecelakaan nuklir terparah kedua, setelah Chernobyl. Gempa kuat 11 Maret 2011 memicu tsunami hingga ketinggian 14 meter. Air membanjiri PLTN dan mematikan generator darurat.
Bencana nuklir terjadi beberapa hari setelahnya. Terjadi kebocoran nuklir dan ledakan setelah pekerja mulai menyalakan reaktor. Sekitar 18.000 terabecquerel radioaktif cesium-137, strontium, kobalt, yodium, dan radionuklida lain lepas ke Samudra Pasifik.
Sekitar 150 ribu penduduk dievakuasi dari daerah yang diperkirakan terdampak seluas 444 mil persegi. Paparan radiasi masih diteliti lebih lanjut.
Upaya menonaktifkan reaktor, membuat penyelesaian dan pengembangan atas kecelakaan nuklir itu oleh PLN Fukusima ditargetkan selesai dalam kurun waktu 30-40 tahun.
Sumber : KOMPASTV/The Japan Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.