ISLAMABAD, KOMPAS.TV - Pemerintah Pakistan menetapkan keadaan darurat setelah hujan deras mengguyur negara itu pada Jumat (26/8/2022). Curah hujan yang tinggi menyebabkan banjir di sejumlah wilayah dan merenggut banyak korban jiwa.
Seperti diwartakan Aljazeera, data Badan Nasional Penanggulangan Bencana Pakistan (NDMA) menunjukkan 937 orang tewas sejak pertengahan Juni 2022. Dari jumlah tersebut, 343 di antaranya adalah anak-anak.
Para pejabat mengatakan banjir tahun ini sebanding dengan tahun 2010, banjir terparah dalam catatan pemerintah Pakistan, ketika lebih dari 2.000 orang tewas dan hampir seperlima dari negara itu terendam air.
"Dalam hidup, saya belum pernah melihat banjir sebesar itu karena hujan," kata Rahim Bakhsh Brohi, seorang petani dari provinsi Sindh selatan.
Seperti ribuan orang lain di pedesaan Pakistan, Brohi mencari perlindungan ke jalan raya, salah satu dari sedikit tempat yang kering dari lanskap air tak berujung.
Baca Juga: Tidak Sengaja Luncurkan Rudal Jelajah ke Pakistan, Pelakunya Resmi Dipecat Militer India
Terlepas dari itu, BNPB Pakistan juga menyebut lebih dari 4,2 juta orang terdampak banjir, dengan hampir 220.000 rumah hancur dan setengah juta lainnya rusak parah.
"Tanaman kapas saya, yang ditaburkan di atas tanah seluas 50 hektar semuanya hilang," kata Nasrullah Mehar.
"Ini kerugian besar... Apa yang bisa saya lakukan?" imbuhnya kebingungan.
Menteri Perubahan Iklim Sherry Rehman pada Rabu (24/8) lalu menyebut banjir di negaranya sebagai "bencana skala epik", membuat pemerintah menyatakan keadaan darurat dan meminta bantuan internasional.
Pakistan berada di urutan kedelapan dalam Indeks Risiko Iklim Global, sebuah daftar yang disusun oleh LSM lingkungan, Germanwatch, berisi negara-negara yang dinilai paling rentan terhadap cuaca ekstrem akibat perubahan iklim.
Baca Juga: Pakistan Nyatakan Keadaan Darurat Bencana, Dampak Banjir dan Longsor Sudah Diderita 4 Juta Orang
Sumber : Aljazeera / Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.