KOLOMBO, KOMPAS.TV - Anak-anak di Sri Lanka "akan tidur dalam keadaan lapar" karena krisis ekonomi negara kepulauan itu, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa, Jumat (26/8/2022). PBB juga memperingatkan bahwa negara-negara Asia Selatan lainnya dapat mengalami situasi memilukan yang serupa, seperti laporan Straits Times.
Sri Lanka bergulat dengan krisis ekonomi terburuk dalam sejarah setelah kehabisan mata uang asing untuk membeli impor, membuat langka persediaan makanan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya.
Krisis ini sangat dirasakan oleh keluarga-keluarga yang "melewatkan waktu makan biasa" karena kebutuhan pokok dapur menjadi tidak terjangkau, kata George Laryea-Adjei, direktur Asia Selatan untuk badan anak-anak PBB, UNICEF.
"Anak-anak akan tidur dalam keadaan lapar, tidak yakin dari mana makanan mereka selanjutnya akan datang," katanya kepada wartawan.
Sri Lanka gagal membayar utang luar negerinya sebesar US$51 miliar pada bulan April dan saat ini sedang dalam pembicaraan bailout dengan Dana Moneter Internasional IMF.
Melonjaknya harga energi setelah serangan Rusia ke Ukraina juga menghancurkan ekonomi tetangga, dan Laryea-Adjei mengatakan negara-negara lain di kawasan itu dapat menghadapi krisis nutrisi mereka sendiri.
Baca Juga: Eks Presiden Sri Lanka Tiba di Bangkok dan Diizinkan Tinggal 90 Hari, Kediamannya Dirahasiakan
"Kegentingan ekonomi akut dan inflasi di seluruh Asia Selatan siap mengancam kehidupan anak-anak," katanya. "Apa yang saya lihat di Sri Lanka adalah peringatan bagi negara-negara lain di Asia Selatan."
Unicef telah mengeluarkan seruan donasi sebesar US$25 juta untuk memenuhi kebutuhan mendesak setidaknya setengah dari populasi anak-anak Sri Lanka.
Pemerintah Sri Lanka bulan ini mengeluarkan seruannya sendiri untuk mengatasi penyebaran gizi buruk yang cepat di kalangan anak-anak.
Angka resmi pada tahun 2021 menunjukkan bahwa 127.000 dari 570.000 siswa pra-sekolah secara nasional kekurangan gizi.
Sejak itu, para pejabat yakin angka tersebut telah meroket karena dampak penuh dari kekurangan pangan dan inflasi yang melonjak.
Mantan presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri dari negara itu dan mengundurkan diri bulan lalu setelah ribuan pengunjuk rasa, yang marah dengan keadaan negara itu, menyerbu kediaman resminya.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.