WASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat kembali menyatakan akan memberi Ukraina hampir USD800 juta dalam bantuan militer baru, termasuk setidaknya selusin drone pengintai Scan Eagle.
Laporan Associated Press, Jumat (19/8/2022), para pejabat AS mengatakan sebagian besar paket bantuan akan berupa Howitzer dan amunisi tambahan, termasuk rudal Javelin.
Rudal tersebut telah digunakan militer Ukraina secara efektif untuk mencoba dan menahan pasukan Rusia dan merebut kembali wilayah yang telah diperoleh Moskow.
Dua pejabat AS mengonfirmasi masuknya drone portabel baru yang tahan terbang lama, diluncurkan oleh ketapel dan dapat diambil kembali.
Para pejabat AS berbicara dengan syarat anonim untuk membahas bantuan sebelum rilis publik.
Baca Juga: Drone Buatan Taiwan Digunakan Pasukan Ukraina Lawan Rusia, Dukungan Taipei ke Kiev?
Selama empat bulan terakhir perang, Rusia berkonsentrasi merebut wilayah Donbas di Ukraina timur, di mana separatis pro-Moskow menguasai beberapa wilayah sebagai republik yang memproklamirkan diri merdeka lepas dari Ukraina.
Pasukan Rusia membuat beberapa keuntungan tambahan di timur, tetapi mereka juga ditempatkan pada posisi bertahan di wilayah lain, saat Ukraina meningkatkan serangan balasan di semenanjung Laut Hitam Ukraina di Krimea, yang diduduki Moskow sejak tahun 2014.
Sembilan pesawat tempur Rusia dilaporkan hancur pekan lalu di sebuah pangkalan udara di Krimea dalam serangan yang menyoroti kemampuan Ukraina untuk menyerang jauh di belakang garis Rusia.
Para pemimpin Rusia memperingatkan fasilitas penyerangan di Krimea menandai eskalasi konflik yang dipicu oleh AS dan sekutu NATO dan mengancam akan menarik Amerika Serikat lebih dalam ke dalam perang.
Bantuan terbaru ini datang saat perang Rusia di Ukraina berlangsung enam bulan.
Sejauh ini AS telah mengirim Ukraina lebih dari USD9 miliar dalam sistem senjata, amunisi dan peralatan lainnya.
Baca Juga: Hanya Sedikit Hasil dari Pembicaraan Tingkat Tinggi Turki, Ukraina dan PBB
Ini akan menjadi yang ke-19 kalinya Pentagon menyediakan peralatan dari stok Departemen Pertahanan ke Ukraina sejak Agustus 2021.
Upaya untuk meredam pertempuran juga terus berlanjut. Pada hari Kamis, pemimpin Turki dan Sekjen PBB bertemu di Ukraina barat dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Mereka membahas berbagai masalah termasuk pertukaran tahanan dan upaya untuk mendapatkan ahli energi nuklir PBB untuk mengunjungi pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di Ukraina selatan.
Fasilitas itu dikendalikan pasukan Rusia tak lama setelah invasi dimulai pada 24 Februari dan kini menjadi sasaran sejumlah serangan balik.
Kiev dan Moskow saling tuduh menembaki pabrik itu, memicu ketakutan internasional akan bencana di benua itu.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan dia akan menindaklanjuti dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, mengingat sebagian besar hal yang dibahas akan memerlukan kesepakatan Kremlin.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.