NEW YORK/TUNIS, KOMPAS.TV - Pemerintah Aljazair mengumumkan 37 warga tewas dan puluhan luka dimakan kebakaran hutan yang melanda pegunungan timur laut Aljazair, Kamis (18/8/2022), seperti laporan New York Times, Jumat (19/8/2022).
Kobaran api menyebar cepat pada hari Rabu dini hari, kata Kementerian Dalam Negeri, menambahkan bahwa setidaknya 118 kebakaran di 21 provinsi di timur laut negara itu merusak sekitar 2.590 hektar, memaksa lebih dari 300 orang meninggalkan rumah mereka.
Sebagian besar kebakaran berhasil dikendalikan pada Kamis, kata para pejabat, tetapi jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat seiring berlanjutnya upaya penyelamatan.
Menteri Dalam Negeri Aljazair Kamel Beldjoud menyalahkan panas ekstrem dan angin kencang di kawasan itu, kondisi yang mencengkeram negara-negara Afrika Utara di sepanjang pantai Mediterania. Kondisi itu membantu memicu dan mengintensifkan puluhan kebakaran mematikan di seluruh Eropa selama musim kebakaran hutan yang sangat parah tahun ini.
Kantor Meteorologi Nasional Aljazair pada Rabu (17/8) memperingatkan, suhu di bagian timur negara itu bisa melonjak menjadi 47,1 derajat Celsius.
Gelombang panas di Aljazair, yang sekitar 80 persen wilayahnya ditutupi oleh gurun Sahara, diperkirakan akan meningkat frekuensi dan tingkat keparahannya, menurut direktur Pusat Iklim Nasional negara itu, Salah Sahabi-Abed.
Berhari-hari dengan suhu tinggi yang tidak normal telah berkontribusi pada intensitas kebakaran di seluruh dunia, membuat vegetasi lebih kering dan lebih mudah terbakar.
Baca Juga: Patung Pahlawan Aljazair yang Juga Musuh Terburuk Prancis Dirusak, Padahal Baru Akan Diresmikan
Para ilmuwan mengatakan, perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia telah meningkatkan kemungkinan gelombang panas yang ekstrem tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres bulan lalu mengatakan di sebuah konvensi global tentang perubahan iklim bahwa penduduk di Afrika, Asia Selatan, dan Amerika Tengah dan Selatan 15 kali lebih mungkin meninggal karena peristiwa cuaca ekstrem daripada yang tinggal di wilayah lain.
Sumber : Kompas TV/New York Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.