Anak TK Amerika Ini Dikeluarkan dari Sekolah karena Orang Tuanya Pasangan Sesama Jenis

DEQUINCY, KOMPAS.TV - Seorang gadis berusia lima tahun di DeQuincy, negara bagian Louisiana, Amerika Serikat (AS) dikeluarkan dari taman kanak-kanak karena orang tuanya merupakan pasangan sesama jenis. Lembaga sekolah agama yang membawahi taman kanak-kanak itu tidak setuju dengan pilihan hidup orang tua murid.

Pasangan sesama jenis tersebut, Emily dan Jennie Parker, mengaku mendapatkan pemberitahuan itu ketika pertemuan dengan petinggi sekolah Akademi Baptis Alkitab. 

Mereka menyebut direktur sekolah dan seorang pendeta menetapkan bahwa hubungan sesama jenis mereka tidak sesuai dengan prinsip sekolah. Putri pasangan Parker, Zoey pun disuruh mencari sekolah baru.

“Kami dipanggil ke kantor kepala sekolah untuk rapat, mereka memberi tahu kami bahwa Zoey tidak bisa masuk sekolah lagi karena pilihan hidup kami,” kata Jennie kepada KLPC via The Guardian, Kamis (11/8/2022).

Baca Juga: Amnesty International Sebut Ucapan Wagub DKI soal LGBT di Citayam Fashion Week Diskriminatif

Emily menyebut keputusan tersebut baru disampaikan pihak sekolah hanya dua hari sebelum semester dimulai. Ia mengaku diceramahi pihak sekolah bahwa pernikahan hanya untuk pria dan wanita, bukan antarwanita sepertinya.

Zoey sendiri merupakan putri adopsi pasangan Parker. Ia adalah kemenakan Jennie yang yatim-piatu sejak September 2020.

“Dia kehilangan ayahnya, kehilangan ibunya, dan sekarang dia kehilangan sekolah yang sangat dia sukai,” kata Jennie.

Sebelumnya, Zoey disebut telah bersekolah di Akademi Baptis Alkitab Louisiana di jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD).

Pasangan Parker mengaku mendapatkan dukungan luas dari masyarakat usai Zoey dikeluarkan. Mereka menyebut sejumlah sekolah Kristen setempat menawarkan diri untuk menerima Zoey bersekolah.

Sementara itu, pihak Akademi Baptis Alkitab telah merilis pernyataan menanggapi keputusan tersebut. Lembaga ini mengaku sebatas menjalankan ajaran Alkitab.

“Sebagai sebuah akademi Baptis, kami berkomitmen menyediakan suatu lingkungan yang konsisten dengan iman yang kami pegang. Kami ingin para murid tidak hanya tahu keyakinan kami, tetapi ingin mereka memahaminya juga. Terkait hubungan personal, kami meyakini bahwa hubungan seperti itu, baik dalam berpacaran atau pernikahan, harus antara pria dan wanita,” demikian tulis pernyataan lembaga tersebut.

Baca Juga: Majelis Gereja Skotlandia Sepakat Sahkan Pernikahan Sesama Jenis