KOPENHAGEN, KOMPAS.TV - Kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Eropa, Jumat (22/7/2022) mengatakan, gelombang panas yang membakar Eropa sejauh ini telah menyebabkan lebih dari 1.700 kematian di semenanjung Iberia saja.
Mencatat parahnya situasi, WHO menyerukan tindakan bersama untuk mengatasi perubahan iklim.
"Panas itu membunuh. Selama beberapa dekade terakhir, ratusan ribu orang meninggal akibat panas ekstrem selama gelombang panas yang berkepanjangan, sering kali disertai dengan kebakaran hutan," kata direktur regional WHO untuk Eropa, Hans Kluge, dalam sebuah pernyataan seperti dilaporkan Straits Times, Sabtu (23/7/2023).
"Tahun ini, kami mencatat lebih dari 1.700 kematian yang tidak perlu dalam gelombang panas saat ini di Spanyol dan Portugal saja," tambah Dr Kluge.
Dia menekankan, paparan panas yang ekstrem "sering memperburuk kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya" dan mencatat "individu di kedua ujung spektrum kehidupan, bayi, anak-anak, dan orang tua, berada pada risiko tertentu."
Baca Juga: Lebih dari 500 Warga di Spanyol Tewas akibat Gelombang Panas selama 10 Hari Terakhir
Kantor WHO Eropa menjelaskan, angka tersebut merupakan perkiraan awal berdasarkan laporan otoritas nasional, dan jumlah korban "telah meningkat dan akan meningkat lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang."
Jumlah kematian sebenarnya yang terkait dengan gelombang panas tidak akan diketahui selama berminggu-minggu ke depan, katanya, menambahkan "musim panas yang terik ini baru setengah jalan."
"Pada akhirnya, peristiwa minggu ini sekali lagi menunjukkan kebutuhan mendesak akan tindakan pan-Eropa untuk mengatasi perubahan iklim secara efektif," kata Dr Kluge.
Dia mengatakan pemerintah perlu menunjukkan kemauan dan kepemimpinan dalam menerapkan Perjanjian Paris, yang menetapkan tujuan membatasi pemanasan pada akhir abad ini hingga 2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri, dan sebaiknya kenaikan suhu tidak melebihi 1,5 derajat C.
Kluge mengatakan, anggota WHO di kawasan Eropa, 53 negara dan wilayah, termasuk beberapa di Asia Tengah, "menunjukkan mereka dapat bekerja sama menghadapi ancaman mendesak terhadap kesehatan global", dan bahwa "sudah waktunya bagi kita untuk kembali melakukannya."
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.