MOSKOW, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov secara terus terang mengakui bahwa pihaknya hendak mencaplok wilayah selatan Ukraina. Pernyataan Lavrov itu mengindikasikan perubahan tujuan Kremlin yang sebelumnya mengaku hanya mengincar kawasan Donbass, timur Ukraina.
Hal tersebut disampaikan Lavrov dalam wawancara bersama media pemerintah Rusia, Rabu (20/7/2022).
Diplomat berusia 72 tahun itu menyebut, “tujuan geografis” dalam “operasi militer khusus” di Ukraina telah berubah.
Menurutnya, kini target Moskow bukan hanya merebut Oblast (daerah setingkat provinsi) Donetsk dan Luhansk, melainkan juga sejumlah wilayah lain.
“Ketika pertemuan antarnegosiator di Istanbul (29 Maret), terdapat satu (tujuan) geografis (dari invasi), dan kesiapan kami menerima proposal Ukraina didasarkan pada pembagian wilayah itu,” kata Lavrov dikutip Kommersant.
“Sekarang, (tujuan) geografisnya berbeda. Tidak hanya DPR dan LPR (separatis Donetsk dan Luhansk), itu juga mencakup wilayah Kherson, Zaporizhzhia, dan sejumlah wilayah lain. Proses ini terus berlanjut secara konsisten dan persisten,” lanjut eks utusan Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut.
Baca Juga: Uni Eropa Akan Batasi Suhu Pemanas dan Pendingin Ruangan, Khawatir Rusia Putus Pasokan Energi
Pasukan Rusia sendiri meluncurkan “tahap kedua” invasi untuk merebut kawasan Donbass sejak awal April lalu.
Sebelumnya, ketika awal invasi yang dimulai pada 24 Februari silam, Moskow juga berupaya menggempur ibu kota Kiev. Namun, pasukan Rusia gagal merebut atau mengepung kawasan ibu kota dan terpaksa mundur per awal April.
Dalam invasi ke Ukraina, pasukan Rusia pun meluncurkan serangan ke wilayah selatan dari Semenanjung Krimea. Per 20 Juli 2022, Rusia berhasil menduduki Oblast Kherson dan sebagian wilayah Zaporizhzhia.
Walaupun Presiden Vladimir Putin menegaskan pihaknya tidak ingin menduduki wilayah Ukraian secara permanen, pemerintahan yang dipasang Moskow di Kherson dan Zaporizhzhia mengindikasikan bahwa mereka ingin menggelar referendum.
Di lain sisi, Lavrov menekankan operasi “demiliterisasi dan denazifikasi” di Ukraina akan terus berlanjut.
Menlu Rusia itu mengeklaim bahwa, selama pemerintahan Volodymyr Zelenskyy berkuasa, senjata-senjata Ukraina bisa dipakai untuk menyerang teritori Rusia.
Ia pun memperingatkan negara-negara Barat agar berhenti memasok senjata ke Ukraina. Jika tidak, maka wilayah yang akan dicaplok Rusia juga akan diperluas.
“Apabila negara-negara Barat memasok senjata jarak jauh ke Ukraina, (tujuan Rusia) juga akan dikembangkan lebih luas,” pungkas Lavrov.
Baca Juga: Tak Hanya Donbass, Rusia Ternyata Incar Wilayah Selatan Ukraina Menuju Transnistria di Moldova
Sumber : Kompas TV/Kommersant
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.