NEW YORK, KOMPAS.TV - Dua bulan lalu, Prancis mengalami rekor terpanas Mei, dengan rekor tertinggi di beberapa kota.
Bulan lalu, Prancis diguncang lagi oleh gelombang panas musim semi yang juga melanda Spanyol, Italia, dan negara-negara lain.
Kemudian, bulan ini, Polandia dan bagian lain dari Eropa Timur merana sengsara dalam musim panas yang ekstrem.
Sekarang suhu di seluruh Eropa melonjak tinggi, mulai dari Spanyol ke Kepulauan Inggris dan menyebar ke timur.
Kebakaran hutan yang dipicu oleh panas membakar banyak negara, dan sebagian besar benua sedang mengalami kekeringan yang panjang.
Dan masih ada dua bulan musim panas tersisa.
Para ilmuwan mengatakan panas ekstrem yang persisten tahun ini sesuai dengan tren.
Baca Juga: Gelombang Panas Guncang Eropa, Kebakaran Hutan Menggila di Spanyol, Portugal dan Prancis
Gelombang panas di Eropa, kata mereka, meningkat dalam frekuensi dan intensitas pada tingkat yang lebih cepat daripada hampir semua bagian lain dari planet ini, termasuk Amerika Serikat bagian Barat.
Pemanasan global punya peran, seperti halnya dalam gelombang panas di seluruh dunia, karena suhu rata-rata sekitar 1,1 derajat C lebih tinggi daripada di akhir abad ke-19, sebelum emisi karbon dioksida dan gas penangkap panas lainnya menyebar luas.
Jadi, panas yang ekstrim lepas landas dari titik awal yang lebih tinggi.
Namun di luar itu, ada faktor lain, beberapa yang melibatkan sirkulasi atmosfer dan lautan, yang mungkin membuat Eropa menjadi hot spot gelombang panas.
Tidak ada dua gelombang panas yang persis sama. Suhu terik saat ini yang mencapai Inggris dan Wales hari Senin (18/7/2022) sebagian disebabkan oleh wilayah udara bertekanan rendah tingkat atas yang terhenti di lepas pantai Portugal selama berhari-hari.
Ini dikenal sebagai "cutoff low" dalam bahasa para ilmuwan atmosfer, karena terputus dari angin barat, aliran jet garis lintang tengah, yang mengelilingi planet ini pada ketinggian tinggi.
Baca Juga: Spanyol Hadapi Kebakaran Hutan di Tengah Gelombang Panas Ekstrem
Zona bertekanan rendah cenderung menarik udara ke arah mereka. Dalam hal ini, zona bertekanan rendah terus-menerus menarik udara dari Afrika Utara ke sana dan ke Eropa. "Ini memompa udara panas ke utara," kata Dr Kai Kornhuber, seorang peneliti di Lamont-Doherty Earth Observatory, bagian dari Universitas Columbia.
Sumber : Kompas TV/New York Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.