XINJIANG, KOMPAS.TV - Presiden China Xi Jinping menyebut soal perkembangan Islam dan adaptasi agama dengan masyarakat sosialis dalam kunjungannya ke Daerah Otonomi Xinjiang yang mayoritas penduduknya berlatar belakang etnis minoritas muslim Uighur.
"Kami menjunjung tinggi prinsip perkembangan Islam dalam konteks dan memberikan bimbingan secara aktif untuk mengadaptasikan agama dengan masyarakat sosialis," kata Xi yang juga pemimpin tertinggi Partai Komunis China (CPC) sebagaimana rilis yang dikirimkan Kementerian Luar Negeri China (MFA) kepada ANTARA di Beijing, Minggu (17/7/2022) malam.
Sebelumnya Xi melakukan kunjungan kerja selama empat hari ke Xinjiang pada 12-15 Juli 2022.
Kunjungan terakhir Xi ke daerah yang berbatasan langsung dengan Mongolia, Rusia, Kazakhstan, Uzbekistan, Afghanistan, Pakistan, dan India itu terjadi pada 2014.
Xi menginstruksikan adanya peningkatan kemampuan dalam mengatur urusan agama guna memastikan perkembangan di bidang keagamaan berjalan dengan stabil.
"Kami harus bisa melatih tim dari partai dan pejabat pemerintah yang ahli Marxisme namun bisa memahami persoalan agama, akrab dengan urusan agama, dan berkompeten dalam keterlibatan dan pembinaan tokoh agama sehingga dapat diandalkan secara politis dan berakhlak mulia," kata Jinping.
Baca Juga: Presiden China Xi Jinping Akhirnya Datangi Xinjiang, Kunjungan Pertama Setelah 8 Tahun
Dengan begitu, lanjut dia, figur tersebut dapat berperan aktif saat-saat kritis, mampu membina para peneliti agama yang memiliki prestasi akademik, berpandangan Marxisme terhadap isu-isu keagamaan, dan mampu berinovasi.
"Kita harus bisa memastikan terpenuhinya tuntutan para penganut agama dan menggalang mereka berada di dalam naungan partai dan pemerintahan," kata Xi menambahkan.
Dunia internasional menyoroti Xinjiang terkait dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Beijing terhadap warga minoritas Uighur.
The Associated Press melaporkan, di bawah kepemimpinan Xi, pihak berwenang China melakukan tindakan represif besar-besaran terhadap warga etnis Uighur dan Kazakh di Xinjiang menyusul aksi kekerasan separatis.
Meski tidak ada data resmi tentang jumlah warga yang ditahan, namun pengamat menduga ratusan ribu hingga satu juta orang lebih telah ditangkap.
Namun Beijing membantahnya dengan dalih apa yang mereka lakukan adalah upaya deradikalisasi dan de-ekstremisasi bernuansa agama karena menurutnya Xinjiang memiliki catatan berbagai peristiwa terorisme dan separatisme.
Dalam kunjungan tersebut Xi didampingi Sekretaris CPC Komite Xinjiang Ma Xingrui dan Gubernur Xinjiang Erkin Tuniyaz yang beretnis Uighur.
Orang nomor satu di China tersebut bertemu dan berbincang secara langsung dengan warga di beberapa daerah di Xinjiang yang dikunjunginya.
"Semua kelompok etnis di Xinjiang tidak bisa dipisahkan dari anggota keluarga bangsa China," kata Xi.
Sumber : Kompas TV/Antara/The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.