LONDON, KOMPAS.TV - Kepala Staf Pertahanan Inggris Raya Laksamana Sir Tony Radakin mengestimasikan Rusia telah kehilangan 50 ribu tentara atau 30 persen dari efektivitas kekuatan tempur daratnya selama perang di Ukraina.
Dalam program televisi “Sunday Morning” BBC, Minggu (17/7/2022), Radakin menyebut 50 Ribu tentara itu terbunuh atau terluka hingga tak bisa melanjutkan pertempuran.
Akibat besarnya kehilangan Rusia itu, Radakin mengatakan bahwa Kiev yakin pihaknya akan memenangkan perang.
“Mereka (Kiev) benar-benar yakin untuk merencanakan perebutan kembali seluruh teritori di Ukraina, dan mereka melihat Rusia tengah kesulitan. Menurut peninjauan kami, Rusia telah kehilangan lebih dari 30 persen efektivitas kekuatan tempur daratnya,” kata Radakin kepada program televisi BBC dikutip The Guardian.
“Itu artinya 50.000 serdadu Rusia telah tewas atau terluka dalam konflik ini. Hampir 1.700 tank Rusia dihancurkan, hampir 4.000 kendaraan tempur lapis baja milik Rusia juga dihancurkan,” imbuh veteran Perang Irak tersebut.
Baca Juga: AU Inggris Siap Perang Lawan Rusia, Bakal Maju Jika Militer Putin Bahayakan Inggris dan Sekutunya
Pekiraan Inggris Raya ini mendekati klaim Angkatan Bersenjata Ukraina mengenai jumlah kerugian di pihak Rusia. Namun, berbeda dari estimasi Radakin, Kiev sebatas menyampaikan perkiraan korban jiwa di pihak lawan.
Per 17 Juli 2022, Angkatan Bersenjata Ukraina memperkirakan setidaknya 38.300 tentara Rusia terbunuh selama perang. Selain itu, sebanyak 1.684 tank dan 220 pesawat tempur juga dilumpuhkan.
Di lain sisi, Radakin menyebut perang berlarut-larut di Ukraina mengurangi kekuatan Rusia sebagai negara dibanding sebelum invasi. Ia mengklaim Moskow awalnya ingin mencaplok seluruh Ukraina, tetapi gagal.
Ketika meluncurkan invasi pada 24 Februari lalu, Rusia bergerak menyerang kawasan ibu kota Kiev. Namun, pasukan Rusia gagal merebutnya dan terpaksa mundur pada akhir Maret hingga awal April 2022.
Setelah mundur dari Kiev, Rusia memusatkan serangan ke kawasan Donbass, timur Ukraina. Moskow dan pasukan separatis telah berhasil merebut Oblast (daerah setingkat provinsi) Luhansk dan kini tengah berupaya merebut Donetsk.
“Rusia memulai invasi ini dengan ambisi mencaplok seluruh Ukraina. Rusia berambis merebut kota-kota pada 30 hari pertama. Rusia berambisi menciptakan perpecahan dan menekan NATO. Inilah Rusia sebagai tantangan terhadap tatanan dunia,” kata Radakin.
“Rusia gagal dalam semua ambisi ini. Rusia sekarang adalah negara yang lebih lemah dibanding pada awal Februari (bulan dimulainya perang),” pungkas dia.
Baca Juga: Sekutu Putin Ungkap Rusia Harus Menang di Ukraina pada Akhir Tahun, Terancam Digulingkan Jika Gagal
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.