Kompas TV internasional kompas dunia

Biden: Amerika Serikat Tidak Akan Pergi dari Timur Tengah

Kompas.tv - 17 Juli 2022, 02:05 WIB
biden-amerika-serikat-tidak-akan-pergi-dari-timur-tengah
Presiden Joe Biden dan jajaran bertemu Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman MBS dan jajaran, banyak dilihat sebagai pengakuan atas otoritas putra mahkota di Arab Saudi. Biden, berbicara pada pertemuan puncak para pemimpin Arab, mengatakan Sabtu, (16/7/2022) bahwa Amerika Serikat "tidak akan pergi" dari Timur Tengah. (Sumber: AP Photo/Evan Vucci)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

JEDDAH, KOMPAS.TV — Berbicara pada pertemuan puncak para pemimpin Arab, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menegaskan Amerika Serikat "tidak akan pergi" dari Timur Tengah.

Biden berada di Timur Tengah untuk memastikan stabilitas di bagian dunia yang bergejolak dan meningkatkan aliran minyak global untuk membalikkan kenaikan harga gas.

Pernyataannya, yang disampaikan Biden di Dewan Kerja Sama Teluk pada putaran terakhir dari tur empat hari di Timur Tengah, datang di tengah kekhawatiran tentang ambisi nuklir Iran dan dukungan untuk militan di wilayah tersebut.

"Kami tidak akan pergi dan meninggalkan kekosongan untuk diisi oleh China, Rusia atau Iran," kata Biden.

"Kami akan berusaha untuk membangun momen ini dengan kepemimpinan Amerika yang aktif dan berprinsip."

Meskipun pasukan AS terus menargetkan teroris di wilayah tersebut dan tetap ditempatkan di pangkalan-pangkalan di seluruh Timur Tengah, Biden memberi sinyal dia membuka halaman baru setelah invasi Amerika Serikat ke Irak dan Afghanistan.

"Hari ini, saya bangga dapat mengatakan bahwa era perang darat di kawasan itu, perang yang melibatkan sejumlah besar pasukan Amerika, tidak sedang berlangsung," katanya.

Baca Juga: Biden Ikut KTT Negara Arab, Berharap Israel Bisa Terintegrasi secara Militer untuk Hadapi Iran

Kunjungan presiden AS Joe Biden hari Sabtu, (16/7/2022) ke Arab Saudi langsung menghasilkan 18 kesepakatan bilateral di berbagai sektor strategis dan sensitif. (Sumber: AP Photo/Evan Vucci)

Biden mengumumkan bantuan AS sebesar USD1 miliar untuk mengurangi kelaparan di wilayah tersebut dan menekan rekan-rekannya, banyak di antaranya memimpin pemerintah yang represif, untuk memastikan hak asasi manusia, termasuk hak-hak perempuan, dan memungkinkan warganya untuk berbicara secara terbuka.

"Masa depan akan dimenangkan oleh negara-negara yang mengeluarkan potensi penuh dari populasi mereka," kata Biden, dan itu termasuk mengizinkan orang untuk "mempertanyakan dan mengkritik para pemimpin tanpa takut akan pembalasan."

Putra Mahkota Mohammed bin Salman, penguasa de facto Arab Saudi, mengadakan pertemuan itu untuk memberinya kesempatan menunjukkan peran berpengaruh negaranya di Timur Tengah.

Salman juga mengisyaratkan Arab Saudi dapat memompa lebih banyak minyak daripada saat ini, sesuatu yang Biden harapkan saat kesepakatan produksi yang ada di antara negara-negara anggota OPEC+ berakhir pada bulan September.

Setelah makan siang dengan para pemimpin lainnya, Biden memulai perjalanannya kembali ke Washington, mengacungkan jempol dan melambai kepada wartawan saat menaiki Air Force One.

Sebelumnya, Biden bertemu secara individu dengan para pemimpin Irak, Mesir, dan Uni Emirat Arab, beberapa di antaranya tidak pernah duduk bersamanya sejak menjabat pada Januari 2021.

Baca Juga: Biden ke Riyadh, AS dan Arab Saudi Langsung Teken 18 Deal Kerja Sama

Joe Biden  mengatakan dia mengangkat isu pembunuhan “keterlaluan” jurnalis Jamal Khashoggi selama pertemuannya pada hari Jumat dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (Sumber: AP Photo)

Dia mengundang Mohammed bin Zayed Al Nahyan, yang menjadi presiden UEA dua bulan lalu, untuk mengunjungi Gedung Putih tahun ini.

Biden juga bertemu dengan Raja Abdullah II dari Yordania. Gedung Putih kemudian mengumumkan bahwa AS memperluas bantuan keuangan ke negara itu, hingga tidak kurang dari USD1,45 miliar per tahun.

KTT di kota pelabuhan Laut Merah Jeddah adalah kesempatan bagi Biden untuk menunjukkan komitmennya terhadap wilayah tersebut setelah menghabiskan sebagian besar masa kepresidenannya berfokus pada serangan Rusia ke Ukraina dan pengaruh China yang berkembang di Asia.

Pada hari Sabtu, Gedung Putih merilis citra satelit yang menunjukkan bahwa pejabat militer Rusia mengunjungi Iran pada bulan Juni dan Juli untuk melihat drone tempur yang ingin diperoleh untuk digunakan di Ukraina.

Pengungkapan itu tampaknya bertujuan untuk menarik hubungan antara perang di Eropa dan kekhawatiran para pemimpin Arab sendiri tentang Iran.




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x