MOSKOW, KOMPAS.TV - Rusia membela diri atas serangan rudal ke Kota Vinnytsia, Ukraina yang menewaskan 23 warga sipil.
Rusia menegaskan bahwa serangan tersebut menargetkan rapat militer Ukraina.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kementerian Pertahanan Rusia, Jumat (15/7/2022).
Mereka mengungkapkan serangan yang dilakukan Kamis (14/7/2022), menargetkan rapat antara pejabat Angkatan Udara Ukraina dan penyuplai senjata asing di Rumah Perwira Vinnytsia.
Baca Juga: Sukarelawan Inggris yang Ditahan Pemberontak Pro-Rusia di Ukraina Tewas, Disebut karena Sakit
Namun, masyarakat setempat mengatakan, gedung yang menjadi sasaran serangan tersebut hanya dipakai untuk acara budaya dan sosial.
“Pertemuan tersebut menyangkut pemindahan batch pesawat berikutnya, dan senjata penghancur ke Angkatan Bersenjata Ukraina, serta organisasi perbaikan untuk armada penerbangan Ukraina,” bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia di Telegram dikutip dari The Moscow Times.
“Sebagai hasil dari penyerangan, para partisipan pertemuan tersebut telah dihancurkan."
Namun, Kiev menuduh Rusia sengaja menargetkan warga sipil. Salah satu gambar yang beredar dari lokasi kejadian memperlihatkan gadis berusia empat tahun tewas di dalam kereta dorongnya.
“Setiap hari Rusia menghancurkan populasi sipil, membunuh anak-anak Ukraina dan meluncurkan roket langsung ke target sipil yang tak ada militernya,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
“Apa ini, jika bukan aksi terbuka dari terorisme? Itu adalah negara pembunuh. Sebuah negara teroris,” tambahnya.
Baca Juga: Rusia Ancam Perang di Ukraina akan Lebih Lama jika Inggris Terus Kirim Senjata ke Pasukan Zelensky
Penyerangan itu juga dikutuk oleh jaksa penuntut dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC), Karim Khan.
Ia menyerukan sebuah usaha terkoordinasi untuk membawa pelaku kejahatan perang ke pengadilan.
Serangan rudal ke Vinnytsia merupakan bagian dari gelombang serangan yang dilakukan Rusia pada beberapa pekan terakhir.
Rusia sendiri menegaskan bahwa serangan yang mereka lakukan terarah ke militer, bukan warga sipil.
Sumber : The Moscow Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.