MOSKOW, KOMPAS.TV - Kepala junta militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing dilaporkan berkunjung ke Moskow, Selasa (12/7/2022), seperti dilaporkan media Rusia, yang dilansir Straits Times.
Kunjungan itu terjadi setelah Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken di Bangkok mengecam ASEAN yang dianggap AS belum berbuat cukup untuk menekan junta militer Myanmar. Selain itu, AS berjanji lebih menekan rezim militernya atas kudeta 2021.
Kedutaan Rusia di Myanmar mengatakan kepada kantor berita Interfax bahwa Jenderal Senior Min Aung Hlaing berada di Moskow dalam sebuah kunjungan "pribadi".
"Dia berencana ambil bagian dalam pembukaan pusat budaya Myanmar," katanya.
Media pemerintah Rusia melaporkan, kepala junta militer itu juga akan bertemu dengan pejabat dari badan antariksa dan nuklir Moskow.
Pengumuman kunjungan itu dilakukan dua hari setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bersumpah untuk terus menekan junta Myanmar saat ia bertemu dengan para aktivis demokrasi dalam kunjungan ke negara tetangga Thailand.
Sejak merebut kekuasaan dalam kudeta Februari tahun lalu, pemerintah militer Myanmar telah menahan ribuan pengunjuk rasa pro-demokrasi.
Baca Juga: Menlu AS Kecam ASEAN yang Dianggap Kurang Berbuat untuk Menekan Junta Militer Myanmar
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Minggu (10/7) mengkritik negara-negara Asia Tenggara karena tidak berbuat cukup untuk menekan junta militer Myanmar mengembalikan negara itu ke jalur demokrasi setelah perebutan kekuasaan tahun lalu.
Tetapi ketika Blinken menyesali kurangnya kemajuan di Myanmar, yang juga dikenal sebagai Burma, ia juga bergerak untuk memperkuat hubungan AS dengan sekutu regional utama Thailand, bagian dari upaya untuk melawan pengaruh China di seluruh Indo-Pasifik.
Berbicara pada konferensi pers di Bangkok, seperti dilansir Associated Press, Minggu (10/7), Blinken mengatakan “sangat disayangkan” penindasan di Myanmar berlanjut hampir 18 bulan setelah pengambilalihan militer.
Blinken mengungkapkan kekecewaan karena tetangga Myanmar tidak memberikan tekanan kepada junta militer untuk mengakhirinya.
"Saya pikir sayangnya kita tidak melihat gerakan positif. Sebaliknya, kami terus melihat penindasan terhadap rakyat Burma yang terus mengalami kekerasan yang dilakukan oleh rezim."
Sumber : Kompas TV/Straits Times/Interfax
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.