LONDON, KOMPAS.TV— Kontes kepemimpinan Partai Konservatif Inggris akan berlangsung dalam beberapa waktu mendatang, setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan pada Kamis (7/7/2022) bahwa ia mengundurkan diri sebagai pemimpin partai sekaligus perdana menteri.
Kendati demikian, Boris Johnson akan terus menjabat sebagai perdana menteri (PM) sampai seorang pengganti dipilih oleh anggota partai.
Berikut sekilas calon yang disebut bisa menggantikan Johnson sebagai pemimpin partai dan perdana menteri, seperti dilansir Associated Press, Kamis (7/7).
Baca Juga: PM Inggris Boris Johnson Umumkan Lengser, Ini 5 Skandal yang Picu Kejatuhannya
Braverman, seorang anggota parlemen dan pengacara yang menjadi jaksa agung Inggris tahun 2020.
Dia secara terbuka mengumumkan pada Rabu (6/7) bahwa dia akan berusaha untuk menjadi pemimpin Konservatif Inggris.
Perempuan berusia 42 tahun itu mengatakan saat wawancara televisi bahwa dia ingin mencalonkan diri sebagai perdana menteri karena dia dan keluarganya, yang tiba di Inggris sebagai imigran, "berutang terima kasih kepada negara ini".
Braverman tidak begitu dikenal di masyarakat. Pengumumannya, yang dibuat saat dia masih bertugas di pemerintahan Johnson, mengejutkan banyak orang.
Braverman adalah pendukung Johnson selama bertahun-tahun. Tetapi, ia mengatakan, sudah waktunya bagi Boris untuk hengkang.
Seorang pengkritik Uni Eropa dan pendukung Brexit, Braverman terpilih menjadi anggota parlemen pada 2015. Johnson menunjuknya sebagai jaksa agung pada Februari 2020.
Baca Juga: PM Inggris Boris Johnson Mengundurkan Diri, Jadwal Pemilihan PM Baru akan Diumumkan Pekan Depan
Sunak, calon pemimpin paling terkenal dari calon pemimpin Konservatif, mundur dari pemerintahan pada Selasa (5/7).
Dalam surat pengunduran diri yang memberatkan, dia menulis, "Masyarakat berhak mengharapkan pemerintahan dijalankan dengan baik, kompeten, dan serius."
"Saya percaya standar ini layak diperjuangkan, dan itulah mengapa saya mengundurkan diri," katanya.
Sunak, untuk sementara waktu, secara luas dianggap sebagai bintang yang sedang naik daun dan favorit para bandar taruhan untuk menggantikan Johnson.
Sunak, 42, menjadi menteri keuangan tahun 2020, pekerjaan yang tidak menyenangkan karena memimpin dan mengarahkan ekonomi yang merosot akibat pandemi virus corona.
Kebijakannya, termasuk membagikan miliaran pound untuk membantu bisnis dan pekerja, umumnya diterima dengan baik.
Tetapi, skandal "partygate" mengubah nasib itu.
Seperti Johnson, Sunak didenda polisi karena menghadiri pesta ulang tahun yang melanggar lockdown di Downing Street pada Juni 2020.
Dia juga mendapat kecaman keras karena lambat menanggapi krisis biaya hidup yang parah di Inggris.
Sunak juga menghadapi tekanan menyusul pengungkapan bahwa istrinya, Akshata Murthy, menghindari pembayaran pajak atas penghasilannya di luar negeri, dan bahwa mantan bankir investasi itu memegang kartu hijau (kartu warga negara) Amerika Serikat-nya saat menjabat di pemerintahan Inggris.
Lahir dari orang tua India yang pindah ke Inggris dari Afrika Timur, Sunak bersekolah di sekolah swasta eksklusif Winchester College dan belajar di Oxford.
Beberapa orang melihat pendidikan elitenya dan pengalaman bekerja untuk bank investasi Goldman Sachs dan instrumen investasi Hedge Fund sebagai beban. Lantaran, ini membuatnya tampak tidak membumi dengan pemilih biasa.
Baca Juga: PM Inggris Boris Johnson Resmi Umumkan Mundur, Kirim Pesan untuk Ukraina dalam Pidato
Johnson menunjuk Zahawi, 55, untuk memimpin Departemen Keuangan setelah pengunduran diri Sunak pada Selasa. Hampir dua hari kemudian, Zahawi bergabung dengan seruan publik agar Johnson berhenti.
Zahawi terkenal sebagai menteri vaksin selama pandemi. Salah satu pendiri firma riset pasar YouGov, Zahawi terpilih menjadi anggota parlemen pada 2010.
Ia lahir di Irak dari keluarga Kurdi dan datang ke Inggris sebagai seorang anak ketika orang tuanya melarikan diri dari Irak di bawah Saddam Hussein.
Surat kabar The Times melaporkan, Zahawi diam-diam bekerja dengan sekutu dekat ahli strategi pemilu Australia Lynton Crosby dalam kampanye kepemimpinan Konservatif.
Dia dipandang oleh beberapa orang sebagai pilihan yang aman jika kandidat lain terbukti memecah belah.
Baca Juga: PM Inggris Boris Johnson Bakal Mundur, Rusia: Kami Tak Saling Suka
Javid, 52, juga mengundurkan diri hari Selasa, menyatakan "cukup sudah" dan bahwa "masalah dimulai dari atas."
Javid telah menjadi menteri kesehatan sejak Juni 2021, memimpin penanganan pandemi Covid-19.
Dia sebelumnya menjabat menteri keuangan, tetapi mengundurkan diri awal 2020 setelah berselisih dengan Johnson atas perintahnya untuk memecat para penasihatnya.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.