YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Prihatin dengan siswa tunarungu Indonesia yang sering ketinggalan pelajaran agama, ustaz Abdul Kahfi mendirikan pondok pesantren untuk membantu mereka belajar dan mengaji kitab suci Al-Qur'an menggunakan bahasa isyarat, seperti laporan media Singapura Straits Times, Selasa, (5/7/2022).
Dibuka tahun 2019 di Yogyakarta, pesantren Darul A'shom sekarang memiliki 12 ustaz atau guru yang mendidik serta mengajar 115 siswa berusia antara tujuh dan 28 tahun dari seluruh Indonesia, negara dengan Muslim terbanyak di dunia.
Abdul Kahfu berharap sekolah ini akan memudahkan generasi mendatang untuk belajar tentang Islam.
“Saat ini orang dewasa dengan gangguan pendengaran hampir tidak mengetahui agama secara mendalam karena sejak usia sekolah mereka tidak pernah mempelajarinya,” kata ulama tersebut, seraya mencatat betapa minat terhadap sekolahnya tumbuh sangat tinggi dan menyebar dengan cepat.
Di Indonesia, kurikulum di sekolah umum memberikan pengajaran agama yang terbatas kepada anak-anak berkebutuhan khusus, dimulai pada usia delapan atau sembilan tahun daripada di taman kanak-kanak seperti yang terjadi pada banyak siswa lainnya.
Baca Juga: Pelatihan Barista Untuk Penyandang Tuna Rungu
Hanya tiga dari 10 anak penyandang disabilitas di Indonesia yang dapat bersekolah, menurut survei yang dilakukan oleh badan anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF).
Siswa tunarungu biasanya membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk belajar membaca dan menghafal Al-Qur'an di sekolah.
“Sekarang saya bisa membaca dan menghafal 30 juz Al-Qur’an,” kata Muhammad Farhad, seorang siswa berusia 10 tahun, yang mengatakan harapannya ingin menjadi seorang ulama suatu hari nanti agar dia bisa menularkan ilmunya kepada orang lain.
Indonesia memiliki puluhan ribu pondok pesantren dan sekolah agama lainnya yang kerap menjadi satu-satunya jalan bagi anak-anak dari keluarga miskin untuk mengenyam pendidikan.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.