WASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden diejek media China setelah meminta perusahaan bahan bakar menurunkan harga bahan bakar.
Pada Sabtu (2/7/2022), Biden sempat mencuitkan permintaan agar perusahaan bahan bakar mau menurunkan harganya.
Hal itu diungkapkan Biden setelah penasihat ekonomi Gedung Putih mengatakan Amerika Serikat akan mengalami kesulitan keuangan untuk mempertahankan tatanan dunia liberal.
Rata-rata nasional untuk harga bahan bakar pada Sabtu mencapai 4,82 dolar AS atau setara Rp72.000 per galon.
Baca Juga: Mengerikan, Nenek Ini Tewas Diserang Hiu Ganas dan Kerumunan Orang Hanya Bisa Menyaksikannya
Sedangkan di California mencapai lebih dari 6,25 dolar AS (Rp93.500) per galon.
“Pesan saya kepada perusahaan-perusahaan yang menjalankan pompa bensin dan yang menetapkan harga itu sederhana. Ini adalah masa perang dan bahaya global,” cuit Biden dikutip dari New York Post.
“Turunkan harga yang Anda kenakan di pompa untuk mencerminkan biaya yang Anda bayar untuk produk tersebut. Dan lakukanlah sekarang,” tambahnya.
Pemerintahan Biden telah menyalahkan invasi Rusia ke Ukraina yang menyebabkan harga bahan bakar naik.
Bahkan Biden sempat mengatakan para pengemudi Amerika harus bertahan karena kenaikan harga selama mungkin, hingga Ukraina mengalahkan Rusia.
Namun, insiden itu malah menjadi amunisi untuk media China menyerang dan mengejek Biden.
Salah satunya China Daily, media milik Partai Komunis China berbahasa Inggris.
Adalah kolumnis China Daily yang juga Kepala Biro Uni Eropa, Chen Weihua yang melontarkannya.
“Kini Presiden AS akhirnya menyadari bahwa kapitalisme seluruhnya mengenal eksploitasi. Ia tak percaya ini sebelumnya,” tulis Chen Weihua.
Baca Juga: Pakar Ini Sebut Ukraina Bisa Kembangkan Senjata Nuklir untuk Gagalkan Invasi Rusia
Hubungan China dengan AS sendiri tengah kurang mesra.
Kedua negara memiliki perbedaan pandangan terkait Taiwan, di mana China menegaskan bahwa Taiwan merupakan bagian dari mereka.
AS sendiri meski kebijakan luar negerinya adalah Satu China, namun kerap memberikan bantuan bahkan persenjataan ke Taiwan.
Keduanya juga bersitegang terkait Laut China Selatan, dan China cenderung membela Rusia dalam konflik di AS.
Sumber : New York Post
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.