JAKARTA, KOMPAS.TV – Filipina punya presiden baru, Ferdinand Marcos Jr alias Bongbong Marcos. Kemenangan putra diktator Ferdinand Marcos senior ini disebut mengingatkan akan dinasti politik Keluarga Cendana di era Orde Baru.
Hal ini diungkap Pemimpin Redaksi Kompas TV Rosianna Silalahi yang turut hadir dalam pelantikan Presiden Bongbong Marcos di Museum Nasional Manila, Kamis (30/6/2022).
Duduk bersama para undangan lain, kehadiran Rosi yang mengenakan masker merah putih rupanya menarik perhatian sesama undangan lain. Mereka, tutur Rosi, sempat melontarkan candaan yang mengaitkan kemenangan Bongbong Marcos dengan keberadaan dinasti Keluarga Cendana di era Orde Baru.
“Does it remind you of New Order? (Apakah ini mengingatkanmu akan Orde Baru?),” ujar Rosi menirukan pertanyaan kelakar sesama undangan lain.
Baca Juga: Puji Eks Presiden Filipina Duterte, Ferdinand Marcos Jr Janji Tak akan Ambil Keuntungan Pribadi
Mendapat pertanyaan itu, Rosi pun menjawab sambil berdiskusi. Menurutnya, Keluarga Marcos berbeda dengan Keluarga Cendana yang memiliki kekuasaan di era Orde Baru.
Sebagai informasi, Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru lahir diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966 yang menggantikan Orde Lama pimpinan Presiden Soekarno. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998, atau selama 32 tahun.
“Marcos berbeda dengan Cendana, karena sejak ayahnya (Ferdinand Marcos, red) terusir keluar dari Filipina setelah people's power atau gerakan demonstrasi dan menetap di Hawaii, (lalu) keluarganya kembali ke Manila, ia (Bongbong Marcos) dalam tempo tiga tahun, sudah membangun jaringan atau karier politik,” urai Rosi langsung dari Manila, Filipina dalam program Sapa Indonesia Malam di Kompas TV, Jumat (1/7).
Bersama keluarganya, Bongbong Marcos melarikan diri ke pengasingan di Hawaii, Amerika Serikat (AS) selama pemberontakan people’s power tahun 1986 yang mengakhiri kekuasaan otokratis ayahnya, Ferdinand Marcos, selama 21 tahun.
Semenjak kepulangannya di tahun 1991, Bongbong Marcos telaten membangun jaringan dan karier politiknya. Kemenangan Bongbong Marcos, nilai Rosi, bukanlah one day victory atau kemenangan instan, melainkan kemenangan yang diraih melalui perjuangan panjang bertahun-tahun.
“Sejak tahun 1990 – 1992, Bongbong sudah membangun jaringan atau karier politik secara telaten. Di tahun itu, Bongbong sudah jadi anggota Kongres, gubernur di daerah kelahirannya, juga senator,” urai Rosi.
Baca Juga: Imelda Marcos yang Kontroversial Dampingi Putranya Bongbong Marcos Dilantik Jadi Presiden Filipina
Perjalanan karier politik Bongbong Marcos pun, imbuh Rosi, tak melulu mulus.
“Dalam pemilihan wakil presiden enam tahun lalu, 2016, Bongbong Marcos juga maju jadi calon wakil presiden, tetapi kalah dari Leni Robredo, yang justru ia kalahkan dalam pemilihan presiden tahun ini,” terang Rosi merujuk sosok wakil presiden perempuan pendamping presiden sebelumnya, Rodrigo Duterte.
Pelajaran penting yang bisa dipetik dari kemenangan Bongbong Marcos meraih kursi presiden, kata Rosi, adalah perjuangan telatennya dalam membangun jaringan dan karier politik selama tak kurang tiga dekade.
“Yang paling penting adalah membangun jaringan, terus-menerus, telaten dalam kerja-kerja politik. Nama besar Marcos tidak diperoleh dalam 1-2 hari,” ujar Rosi.
Namun, tugas berat menanti Bongbong Marcos yang disebut ingin mengembalikan nama baik ayahnya.
“Satu-satunya cara untuk merehab atau mengembalikan nama baik Marcos Senior, (adalah), selama enam tahun ini, Bongbong Marcos (harus) mampu mengembalikan kejayaan Filipina,” tandas Rosi memungkasi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.