LONDON, KOMPAS.TV - Selama berdekade-dekade, ratusan keturunan Ukraina yang tinggal di Jalur Gaza, Palestina, dikhawatirkan sanak saudaranya di Ukraina karena pendudukan Israel. Namun, sejak Februari lalu, giliran warga keturunan tersebut yang mengkhawatirkan kerabat mereka di kampung halaman.
Sejak Rusia mengobarkan perang, ratusan ekspatriat asal Ukraina kesulitan mengontak keluarga di daerah yang diduduki Rusia.
Terdapat sekitar 830 keturunan Ukraina yang kini tinggal di Jalur Gaza. Tokoh masyarakat setempat menyebut komunitas Ukraina menjadi orang asing dengan populasi terbesar di Gaza.
Bagi Natalya Hassoumi, seorang endokrinologis yang tinggal di Beit Lahia, utara Gaza, invasi Rusia membuat pengalamannya selama bertahun-tahun belakangan terbalik.
Ketika serangan udara Israel menerjang wilayah Palestina, seringkali keluarganya di Ukraina tidak bisa mengontaknya selama berhari-hari. Kini, Hassoumi tidak bisa mengontak orang tua dan saudara kandungnya di Ukraina.
Baca Juga: Berharap Bangsa Palestina ‘Lenyap’, Wakil Menteri Agama Israel Dikecam
Keluarga Hassoumi tinggal di Oblast (daerah setingkat provinsi) Kherson, daerah yang diduduki Rusia sejak awal Maret 2022. Hassoumi tak mendengar kabar apa pun dari keluarganya selama tiga pekan terkini.
“Saya tak pernah menyangka bahwa perang bisa terjadi di Ukraina. Tidak ada makanan, tidak ada listrik…. Gaza dan Ukraina punya masalah yang sama sekarang,” kata Hassoumi kepada The Guardian.
“Saya pikir Rusia memaksa orang-orang beralih ke jejaring seluler dan kartu SIM Rusia, tetapi saya tidak tahu apa yang terjadi,” lanjut wanita berusia 41 tahun itu.
Walaupun menjadi tempat tinggal populasi keturunan Ukraina dengan jumlah besar, masyarakat Palestina secara umum disebut mendukung Rusia dibanding Ukraina. Masyarakat umumnya menganggap perang sebagai perselisihan proksi antara Moskow dengan Amerika Serikat (AS), sekutu terpenting Israel.
Meskipun demikian, baik Otoritas Palestina atau Hamas secara resmi tidak memihak dalam perang Rusia-Ukraina.
Baca Juga: Usai Hadiri KTT G7, Presiden Jokowi Direncanakan Bertemu Presiden Ukraina di Kiev!
Menurut Hassoumi, dukungan itu bisa jadi disebabkan ikatan kuat antara Palestina dengan Rusia sejak masih berbentuk Uni Soviet. Soviet dulunya kerap mengulurkan tangan ke bangsa Palestina, menawarkan beasiswa atau visa kerja untuk orang-orang dari Tepi Barat dan Gaza selama berdekade-dekade.
Ikatan tersebut diyakini masih kuat bahkan sejak Uni Soviet bubar dan Ukraina merdeka pada 1991 silam.
Kebanyakan keturunan Ukraina di Jalur Gaza adalah perempuan yang bertemu calon suami Palestina di universitas-universitas Ukraina.
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.