TEHERAN, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian menyatakan, pihaknya tidak akan menoleransi 'aksi-aksi provokatif' oleh pemerintah Israel terhadap program nuklir Teheran.
Amir-Abdollahian merujuk sederet serangan dan operasi sabotase terhadap situs nuklir dan ilmuwan Iran. Teheran menuduh Israel menjadi dalang serangkaian serangan tersebut.
Salah satu serangan yang terkemuka adalah serangan ke fasilitas bawah tanah Natanz pada 2021. Serangan ini merusak centrifuge nuklir di fasilitas itu.
“Kami tidak akan menoleransi aksi-aksi provokatif oleh rezim tipu-tipu Israel. Tangan Republik Islam Iran tidak akan terikat di hadapan ancaman rezim Zionis, termasuk tindakan-tindakan sabotase terhadap kerja nuklir damai Republik Islam Iran,” kata Amir-Abdollahian dikutip Associated Press, Sabtu (25/6/2022).
Komentar tersebut disampaikan Ami-Abdollahian saat menghadiri konferensi pers bersama diplomat papan atas Uni Eropa, Josep Borrell di Teheran.
Baca Juga: Perundingan Nuklir Iran Kembali Dilaksanakan Beberapa Hari ke Depan
Kunjungan Borrell ke Iran menjadi bagian upaya Uni Eropa menyelamatkan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), perjanjian nuklir antara Iran dengan kekuatan-kekuatan utama dunia yang ditandatangani pada 2015.
Perjanjian tersebut membuat Teheran mau menurunkan pengayaan uraniaum secara drastis sebagai ganti pencabutan sejumlah sanksi ekonomi.
Akan tetapi, perjanjian JCPOA mulai ditinggalkan Iran usai Amerika Serikat (AS) pimpinan Donald Trump keluar dari perjanjian pada 2018 silam.
Sejak keluarnya AS, Iran dilaporkan memperkaya uranium hingga hampir mencapai tingkat senjata nuklir serta membatasi surveilans Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Pada Sabtu (26/6), delegasi Teheran dan Uni Eropa mengonfirmasi bahwa perundingan nuklir yang sempat macet beberapa bulan akan segera dimulai kembali.
Baca Juga: Bos Intel Iran Dicopot karena Gagal Cegah Pembunuhan dan Sabotase Israel
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.