JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Pertahanan Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto bertemu Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Sen di The Peace Palace, Phnom Penh, Kamboja, Rabu (22/6/2022).
Keduanya bertemu dalam rangka kegiatan ASEAN Defence Ministers Meeting (ADMM) ke-16 di Phnom Penh, Kamboja.
Mengutip keterangan dari akun resmi Kementerian Pertahanan RI, pada kesempatan tersebut Hun Sen menyampaikan ucapan terima kasih kepada Indonesia dan juga secara pribadi kepada Prabowo yang terus-menerus memberikan bantuan dan dukungan bagi kemajuan Angkatan Bersenjata Kamboja.
Dalam pertemuan itu, Prabowo dan Hun Sen membahas tentang hubungan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Kamboja, serta kerja sama multirateral di ASEAN.
"Saya berharap kerja sama dan persahabatan antara Indonesia dan Kamboja dapat terus dipertahankan dalam semangat persaudaraan dan prinsip saling menghormati," kata Prabowo dilansir dari Kompas.com, Kamis (23/6).
Namun yang menarik, ini bukanlah pertemuan pertama. Prabowo dan Hun Sen pernah bertemu pada tahun 1996, ketika itu Prabowo masih militer aktif.
Saat itu Prabowo masih berpangkat Brigadir Jenderal TNI dan dan menjabat sebagai Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Foto jadul saat mereka bertemu pun disertakan oleh Kemenhan RI.
Pada kesempatan tersebut PM Hun Sen menyampaikan ucapan terima kasih kepada Indonesia dan juga secara pribadi kepada Menhan Prabowo yang terus-menerus memberikan bantuan dan dukungan bagi kemajuan Angkatan Bersenjata Kamboja.
— Kemhan RI (@Kemhan_RI) June 23, 2022
Foto: Dok. Tim Media Prabowo Subianto pic.twitter.com/2RAZz4oC5J
Pada kesempatan tersebut, Menhan Prabowo juga berkunjung ke markas Komando Pasukan Khusus Kamboja dan disambut oleh Wakil Panglima Angkatan Darat dan Komandan Kopassus Kamboja Letjen Chab Peakdey, yang pernah menjadi anak didik Menhan Prabowo saat mengikuti pendidikan Kopassus TNI AD.
TNI secara aktif memberikan dukungan dalam bidang pendidikan dan pelatihan Pasukan Para Komando Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja, Pasukan Pengawal PM Kamboja, dan Pasukan Penjaga Perdamaian Kamboja.
Indonesia dan Kamboja sudah sejak lama memiliki hubungan kerja sama yang sangat erat, terutama di bidang pertahanan.
Baca Juga: PM Kamboja Hun Sen Tiba di Myanmar, Kedatangannya Diiringi Kritikan dan Demonstrasi
Menurut catatan organisasi Human Rights Watch, ada sejumlah kasus pembunuhan dan kekejaman yang tidak terpecahkan dalam kepemimpinan Hun Sen di Kamboja atas alasan politik sejak 1991.
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), organisasi hak asasi manusia (HAM) domestik dan internasional, serta media juga beberapa kali mendokumentasikan keterlibatan pejabat senior pemerintahan Kamboja dan aparat militer, polisi, maupun intelijen negara itu dalam pelanggaran HAM sejak Perjanjian Paris 1991.
“Alih-alih menghukum para pejabat yang bertanggungjawab atas pembunuhan dan pelanggaran kejam lain, Perdana Menteri Hun Sen mempromosikan dan memberi penghargaan pada mereka,” kata Brad Adams, direktur Asia pada Human Rights Watch, Selasa (13/11/2012).
Kasus pelanggaran HAM tersebut di antaranya, pembunuhan belasan politisi dan aktivis oposisi pada periode perdamaian PBB 1992-1993. Kemudian, pada tahun 1996, editor surat kabat oposisi Kamboja Thun Bun juga terbunuh di jalanan Phnom Penh.
Human Rights Watch menyebutkan, sebagian besar aparat yang terlibat dalam pelanggaran tersebut pada 2012 justru memangku posisi penting di pemerintahan Kamboja.
Sumber : Kompas TV, Kompas.com, Human Right Watch
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.