JEDDAH, KOMPAS.TV - Sebuah bengkel reparasi mobil di Arab Saudi beralih ke sumber yang belum dimanfaatkan untuk mekanik mobil baru: perempuan Saudi, yang empat tahun lalu bahkan tidak diizinkan mengemudi.
Di garasi Petromin Express di Jeddah, di pantai Laut Merah, rekrutan baru mekanik perempuan memeriksa oli dan mengganti ban bersama rekan pria mereka, bagian dari dorongan nasional untuk membawa lebih banyak perempuan ke dalam angkatan kerja, seperti laporan Straits Times, Jumat (3/6/2022).
Namun para peserta pelatihan perempuan, mungkin tak terhindarkan, menghadapi sejumlah hambatan saat mereka memasuki bidang yang didominasi laki-laki di seluruh dunia, terlebih lagi di sebuah negara kerajaan muslim konservatif.
Beberapa mengatakan, bulan-bulan pertama mereka bekerja membawa kilasan keraguan diri, skeptisisme dari kerabat dan permusuhan langsung dari beberapa pelanggan.
Seorang "lelaki tua" yang datang ke garasi segera memerintahkan semua perempuan keluar, mengatakan dia tidak ingin mereka mendekati mobilnya, kenang mekanik baru, Ghada Ahmad.
“Awalnya biasa saja untuk tidak mempercayai kami, karena saya perempuan dan dia tidak mempercayai pekerjaan saya sebagai perempuan,” kata Ahmad, mengenakan sarung tangan putih berlumuran oli dan mantel panjang biru.
"Ini sesuatu yang baru bagi mereka... Setelah bertahun-tahun hanya melihat pria, kini datang seorang perempuan."
Baca Juga: Setelah Bertahun-tahun Diskriminasi, Sepak Bola Perempuan Arab Saudi Mendapat Angin Segar
Ketika dia berjuang untuk mempelajari dasar-dasarnya, Ahmad memiliki saat-saat ketika dia bertanya-tanya ke diri sendiri apakah tindakan pria itu ada benarnya.
"Dulu saya pulang dengan tangan bengkak, menangis dan berkata: 'Pekerjaan ini bukan untuk saya. Sepertinya kata-kata mereka benar,'" kenangnya.
Tetapi seiring dengan peningkatan keterampilannya, kepercayaan dirinya juga meningkat, termasuk dibantu banyak pelanggan lain yang selalu memberi semangat.
"Seorang laki-laki datang dan berkata, 'Saya sangat bangga pada Anda. Anda menghormati kami. Anda adalah mahkota di kepala kami.'"
Memperluas hak-hak perempuan adalah inti dari agenda Visi 2030 Putera Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman yang bertujuan mendiversifikasi ekonomi yang bergantung pada minyak sambil melunakkan citra radikal Arab Saudi.
Perubahan profil tertinggi terjadi pada tahun 2018, ketika Pangeran Mohammed, penguasa de facto kerajaan, memimpin pembatalan larangan mengemudi bagi perempuan yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Negara itu juga melonggarkan aturan "perwalian" yang memberi laki-laki otoritas sewenang-wenang atas kerabat perempuan.
Langkah-langkah ini memoncerkan reputasi putera mahkota sebagai pembela hak-hak perempuan, meskipun tindakan keras terhadap perbedaan pendapat tetap menjerat beberapa aktivis yang mendorong reformasi.
Baca Juga: Putri Rima, Dubes Perempuan Arab Saudi Pertama untuk Amerika Serikat
Sumber : Kompas TV/Straits Times/The National News UAE
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.