UVALDE, KOMPAS.TV — Keluarga-keluarga dan orang tua berkumpul di sebuah pusat warga penuh kepanikan dan mencoba segala cara, termasuk ke media sosial untuk mencari tahu tentang nasib anak mereka yang belum diketahui nasibnya usai penembakan massal di sekolah dasar Robb, seperti laporan Associated Press, Rabu, (25/5/2022).
Jumlah korban tewas dalam pembunuhan mengerikan itu sudah mencapai 19 siswa SD, mereka masih anak-anak kecil kelas 2, 3, dan 4. Selain itu seorang guru juga tewas ditembak mati pelaku, dan seorang nenek juga tewas.
Menjelang malam, nama-nama anak-anak yang tewas dalam serangan hari Selasa di Sekolah Dasar Robb di kota Uvalde mulai muncul.
Seorang pria di tempat berkumpulnya orang tua siswa berjalan pergi sambil menangis di teleponnya dan berkata lirih, "dia (sang anak) sudah pergi,"
Di bagian belakang gedung, seorang wanita berdiri sendiri, bergantian menangis dan berteriak ke teleponnya, mengepalkan tinjunya dan menghentakkan kakinya penuh kesedihan.
Manny Renfro mengatakan dia mendapat kabar hari Selasa bahwa cucunya, Uziyah Garcia yang berusia 8 tahun, termasuk di antara mereka yang tewas.
“(Uziyah adalah) anak laki-laki paling manis yang pernah saya kenal,” kata Renfro. "Aku tidak mengatakan itu hanya karena dia adalah cucuku."
Baca Juga: Korban Tewas Penembakan Massal di SD Texas Bertambah Jadi 19 Orang
Renfro mengatakan Uziyah terakhir mengunjunginya di San Angelo selama liburan musim semi.
“Kami mulai (bermain) melempar bola bersama dan saya mengajarinya cara mengoper bola. Anak kecil yang begitu cepat dan dia bisa menangkap bola dengan sangat baik,” kata Renfro.
“Ada permainan tertentu yang saya sebut dia akan ingat dan dia akan melakukannya persis seperti yang saya latih.”
Guru kelas empat Eva Mireles, 44, yang tewas di bantai pada peristiwa itu, dikenang sebagai ibu dan istri yang penuh kasih.
“Dia adalah petualang. Saya pasti akan mengatakan hal-hal indah tentang dia. Dia pasti akan sangat dirindukan,” kata kerabat 34 tahun Amber Ybarra, dari San Antonio.
Ybarra bersiap untuk memberikan darah bagi yang terluka dan bertanya-tanya kepada diri sendiri, kenapa tidak ada yang menyadari ada masalah dengan si pembantai tepat pada waktunya untuk menghentikannya.
“Bagi saya, ini lebih tentang meningkatkan kesadaran kesehatan mental,” kata Ybarra, seorang pelatih kesehatan yang bersekolah di sekolah dasar tempat penembakan itu terjadi. "Seseorang mungkin melihat perubahan dramatis sebelum hal seperti ini terjadi."
Baca Juga: Sikap Biden Atas Penembakan di Sekolah Texas, 21 Orang Tewas
Lisa Garza, 54, dari Arlington, Texas, berduka atas kematian keponakannya, Xavier Javier Lopez, yang menunggu musim panas untuk berenang.
"Dia hanya seorang anak kecil berusia 10 tahun yang penuh kasih, hanya menikmati hidup, tidak tahu tragedi ini akan terjadi hari ini," katanya.
“Dia sangat ceria, suka menari dengan saudara-saudaranya, dengan ibunya. Ini menghancurkan kami semua.”
Dia juga menyesali apa yang dia gambarkan sebagai undang-undang senjata yang longgar.
“Kita harus memiliki lebih banyak batasan, terutama jika anak-anak ini tidak waras dan mereka hanya ingin menyakiti orang, terutama anak-anak kecil tidak bersalah yang sedang bersekolah,” kata Garza.
Di media sosial, foto-foto anak-anak yang tersenyum diunggah, keluarga mereka putus asa mencari informasi.
Kegiatan belajar mengajar pada dasarnya sudah selesai untuk tahun ini, dan saat ini setiap hari sekolah memiliki tema.
Tema hari Selasa adalah Footloose and Fancy, siswa mengenakan pakaian yang bagus dengan sepatu yang menyenangkan atau mewah.
Baca Juga: Bendera Setengah Tiang di Gedung Putih usai Insiden Penembakan di Sekolah Texas
Adolfo Cruz, seorang tukang reparasi AC berusia 69 tahun, tetap berada di luar sekolah Selasa malam, menunggu kabar tentang nasib cicit perempuannya yang berusia 10 tahun, Eliajha Cruz Torres, yang keberadaannya masih belum diketahui keluarga.
Cruz pergi ke tempat kejadian setelah menerima telepon menangis dan menakutkan dari putrinya tak lama setelah laporan pertama bahwa seorang pria bersenjata berusia 18 tahun melepaskan tembakan ke sekolah.
Sementara dia menunggu di luar sekolah Selasa malam, keluarganya berada di rumah sakit dan pusat pemerintahan menunggu kabar tentang kondisinya.
Cruz menyebut penantian ini sebagai momen terberat dalam hidupnya, "Saya harap dia masih hidup," kata Cruz. "Mereka sedang menunggu pembaruan."
Federico Torres menunggu kabar tentang putranya yang berusia 10 tahun, Rogelio. Dia mengatakan kepada KHOU-TV, dia sedang bekerja saat mendapati informasi tentang penembakan itu dan langsung bergegas ke sekolah.
"Mereka mengirim kami ke rumah sakit, ke pusat sipil, ke rumah sakit dan di sini lagi, tidak ada apa-apa, bahkan di San Antonio," kata Torres. "Mereka tidak memberi tahu kami apa pun, hanya foto, tunggu, semoga semuanya baik."
Torres mengatakan dia berdoa agar “anak saya ditemukan dengan selamat… Tolong jika Anda mengetahui sesuatu, beri tahu kami.”
Rumah Pemakaman Hillcrest Memorial, yang terletak di seberang Sekolah Dasar Robb, mengatakan dalam sebuah posting Facebook hari Selasa malam, mereka akan membantu keluarga korban penembakan dengan menyediakan pemakaman tanpa dipungut biaya apapun.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.