BERLIN, KOMPAS.TV - Jerman hari Kamis (19/5/2022) mencabut tunjangan kenegaaan mantan kanselir Gerhard Schroeder, karena dinilai gagal memenuhi kewajiban jabatannya untuk menolak memutuskan hubungan dengan raksasa energi Rusia, seperti laporan Straits Times, Jumat, (20/5/2022)
Keputusan parlemen untuk melucuti Schroeder dari pembiayaan kantor dan staf itu menyusul upaya panjang untuk membuatnya berpaling dari Presiden Vladimir Putin, yang makin intens setelah Rusia menyerang Ukraina.
Anggota parlemen Uni Eropa secara terpisah menyerukan resolusi yang tidak mengikat di blok itu untuk menjatuhkan sanksi pada Schroeder dan orang Eropa lainnya yang menolak untuk menyerahkan kursi dewan yang menguntungkan di perusahaan-perusahaan Rusia.
"Kelompok-kelompok parlemen koalisi mengambil konsekuensi dari perilaku mantan kanselir dan pelobi Gerhard Schroeder sehubungan dengan serangan Rusia ke Ukraina," demikian keputusan parlemen Jerman.
"Kantor mantan kanselir akan ditangguhkan," katanya, mencatat Schroeder "tidak lagi menjunjung kewajiban berkelanjutan dari kantornya".
Media Jerman menyebutkan biaya tahunan kantor dan karyawan Schroeder yang dibayar oleh pembayar pajak sekitar 400.000 euro atau setara 6,2 miliar rupiah per tahun.
Schroeder, kanselir Jerman dari 1998 hingga 2005, dihujani kecaman karena menolak berhenti dari jabatannya di raksasa energi Rusia Rosneft dan Gazprom menyusul perang Moskow di Ukraina.
Baca Juga: Kanselir Jerman Olaf Scholz Tegaskan, Barat Tidak akan Mau Rusia Mendikte Perdamaian ke Ukraina
Schoreder mengutuk serangan itu, menganggap tidak dapat dibenarkan tetapi mengatakan dialog harus dilanjutkan dengan Moskow.
Pembantu presiden Ukraina Mykhaylo Podolyak memuji tindakan terhadap Schroeder pada hari Kamis, menggambarkan dia sebagai "pelobi" untuk Putin.
"Sanksi Eropa dan perampasan hak pribadi - akhir tercela mantan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder," kata tweet Podolyak. "Pada akhirnya, Anda selalu harus membayar harganya."
Kanselir Jerman Olaf Scholz, yang seperti Schroeder berasal dari Partai Sosial Demokrat, juga berulang kali dan secara terbuka mendesak mantan pemimpin itu untuk melepaskan pekerjaannya di Rusia, tetapi tidak berhasil.
Schroeder, 78, adalah ketua dewan direksi raksasa minyak Rusia Rosneft, dan akan bergabung dengan dewan pengawas raksasa gas Gazprom bulan Juni.
Kelompok Gazprom berada di balik pipa kontroversial Nord Stream 2 dari Rusia, yang dihentikan oleh Scholz sebagai salah satu tanggapan pertama Barat terhadap perang di Ukraina.
Schroeder sendiri menandatangani Nord Stream pertama di minggu-minggu terakhirnya di kantor.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.