KIEV, KOMPAS.TV - Pasukan pertahanan Ukraina terakhir di Mariupol bersikeras enggan menyerah kepada Rusia dan menunggu “keajaiban” untuk diselamatkan.
Walaupun Rusia telah menguasai Mariupol, kota pelabuhan berpenduduk hampir 500.000 sebelum perang, pasukan Ukraina masih bertahan di kompleks pabrik baja Azovstal.
Kompleks pabrik baja yang dibangun pada 1930-an ini adalah benteng ideal bagi pasukan Ukraina. Berdiri di atas tanah seluas 11 kilometer persegi, kompleks Azovstal dihubungkan jejaring terowongan yang terkubur setidaknya delapan meter di bawah tanah.
Meskipun demikian, waktu semakin menipis bagi pasukan Ukraina di Azovstal. Rusia membombardir kompleks dengan bom bunker buster.
Per 4 Mei, pasukan Rusia bahkan telah merangsek ke halaman Azovstal, terlibat pertempuran jarak dekat lawan pasukan pertahanan Ukraina.
Baca Juga: Pasukan Ukraina di Mariupol Tak Dapat Meloloskan Diri Dari Kepungan Rusia
Di lain sisi, pasukan Ukraina dilaporkan kekurangan makanan dan obat-obatan. Mereka minum air mesin. Sebagian kombatan yang luka terpaksa dioperasi tanpa bius.
“Neraka terburuk, mimpi paling mengerikan yang bisa dibayangkan seseorang,” kata Kapten Svyatoslav Palamar, wakil komandan Resimen Azov di Azovstal dikutip Kyiv Independent.
“Dua kali lipat Stalingrad. Inilah adanya,” imbuhnya.
Meskipun telah dikepung berpekan-pekan, elemen-elemen pasukan Ukraina tetap bertempur di Azovstal. Sekitar 1.000 personel sisa-sisa Garda Nasional, termasuk Resimen Azov, marinir, polisi, dan Pasukan Pertahanan Teritorial menahan gempuran Rusia.
Para kombatan ini semakin kecewa terhadap komando tertinggi mereka di Kiev. Mereka juga kecewa kepada seluruh dunia yang dianggap berbuat terlalu sedikit untuk membantu mereka.
Komandan marinir Ukraina di Azovstal, Sergiy Volynskiy menyebut mereka menggunakan setiap kesempatan untuk bertahan hidup ketika dunia sekadar mengikuti alur cerita yang menarik.
Hampir setiap hari, pemimpin pasukan di Azovstal meminta kepada tokoh-tokoh dunia untuk menyelamatkan mereka. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Paus Fransiskus, hingga Elon Musk dimintai bantuan.
Spesialis komunikasi di Azovstal disebut mempertaruhkan nyawa untuk mengakses koneksi internet lemah demi mengabarkan kondisi Azovstal kepada dunia, sekaligus meminta bantuan.
Baca Juga: Evakuasi Pasukan Ukraina dari Pabrik Azovstal Sulit, Para Pemimpin Barat Diminta Membantu
Resimen Azov mengunggah gambar-gambar kombatan yang terluka. Kini, ada hampir 600 kombatan yang terluka di Azovstal. Jumlahnya terus bertambah.
“Kami kekurangan perban, obat-obatan, antibiotik. Kami hampir tak punya perlengkapan. Mereka yang terluka mati setiap hari karena mereka tidak mendapatkan perawatan yang layak tepat waktu,” kata Palamar.
Pada Maret lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berkomunikasi langsung dengan para komandan di Mariupol. Ia meminta pasukan di Mariupol mencoba mundur dengan upaya sendiri.
Akan tetapi, pasukan pertahanan di Mariupol tak bisa melakukannya. Sebagaimana diwartakan Kyiv Independent, pasukan di Mariupol menganggap mundur hanyalah bunuh diri jika tak disokong tembakan dukungan dari militer Ukraina.
Sumber : Kyiv Independent
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.