KOLOMBO, KOMPAS.TV - Mahinda Rajapaksa, yang mengundurkan diri sebagai perdana menteri setelah para pendukungnya menyerang pengunjuk rasa anti-pemerintah dan memicu kekerasan berdarah, menyatakan tidak akan meninggalkan negaranya. Hal itu dikatakan putranya, Namal Rajapaksa, Selasa (10/5/2022).
Seperti dilaporkan The Straits Times, Mahinda (76 tahun) adalah pemimpin klan politik yang kekuasaannya diguncang oleh krisis ekonomi terburuk sejak Sri Lanka merdeka tahun 1948.
Krisis ekonomi memicu pemadaman dan kekurangan listrik selama berbulan-bulan, kekurangan bahan pokok serta obat-obatan akibat menipisnya cadangan devisa untuk membiayai impor.
Mahinda harus dievakuasi oleh militer dari kediaman resminya pada Senin (9/5/2022) malam setelah dikepung oleh massa yang marah.
Anak laki-laki Mahinda, Namal Rajapaksa, yang pernah disebut-sebut sebagai pemimpin nasional masa depan mengatakan, keluarga Rajapaksa tidak punya rencana meninggalkan Sri Lanka meskipun protes selama berminggu-minggu menuntut mereka melepaskan kekuasaan.
"Ada banyak desas-desus bahwa kami akan pergi. Kami tidak akan meninggalkan negara ini," katanya, menggambarkan gelombang kemarahan nasional terhadap keluarganya sebagai "teguran yang buruk".
Dia menambahkan, Mahinda tidak akan mundur sebagai anggota parlemen dan ingin berperan aktif dalam memilih penggantinya.
Mahinda dibawa ke lokasi yang dirahasiakan setelah pengunjuk rasa pada Senin malam menerobos pagar kompleks di Temple Trees, kediaman resminya di ibu kota Kolombo.
Baca Juga: Tentara Bersenjata Berat Evakuasi PM Sri Lanka yang Undur Diri Usai Rumahnya Diserbu Massa
"Ayah saya aman, dia berada di lokasi yang aman dan dia berkomunikasi dengan keluarga," kata Namal, yang menjabat sebagai menteri olahraga negara itu hingga terjadinya perombakan kabinet bulan lalu.
Klan Rajapaksa mendominasi politik Sri Lanka selama dua dekade terakhir.
Adik laki-laki Mahinda, Gotabaya Rajapaksa, tetap menjabat sebagai presiden, dengan kekuasaan eksekutif yang luas dan komando atas pasukan keamanan.
Protes yang sangat damai selama berminggu-minggu atas salah urus pemerintahan terhadap krisis ekonomi berubah menjadi kekerasan pada Senin, ketika para pendukung Mahinda datang dengan bus dari pedesaan ke ibu kota dan menyerang para demonstran.
Kerumunan anti-pemerintah melawan dan melanggar jam malam nasional untuk membalas kelompok pendukung pemerintah atas serangan terhadap mereka hingga larut malam.
Kerumunan anti-pemerintah membakar rumah belasan politisi pro-Rajapaksa. Sementara sebuah museum kontroversial yang didedikasikan untuk keluarga Rajapaksa diratakan dengan tanah di selatan negara itu.
Namal mengatakan, keluarganya percaya rakyat Sri Lanka punya hak untuk memprotes.
"Kami akan selalu mendukung rakyat kami," tambahnya.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.