TOKYO, KOMPAS.TV — Pencarian sebuah kapal wisata yang mengangkut 26 orang di dalamnya berlanjut hingga malam hari, usai dinyatakan hilang di perairan yang ganas dan dingin di lepas pantai utara Jepang, Sabtu (23/4/2022).
Sebelumnya, kapal tersebut mengeluarkan panggilan darurat dan melaporkan akan tenggelam, kata penjaga pantai Jepang.
Associated Press melaporkan, tidak ada korban selamat yang ditemukan setelah lebih dari 10 jam pencarian intensif yang melibatkan enam kapal patroli, lima pesawat dan sejumlah penyelam. Penjaga pantai mengatakan akan melanjutkan pencarian hingga malam hari.
Kapal wisata Kazu 1 seberat 19 ton membuat panggilan darurat hari Sabtu (23/4) sore, melaporkan bahwa haluan kapal telah banjir, mulai tenggelam dan miring saat melakukan perjalanan di lepas pantai barat Semenanjung Shiretoko di pulau utara Hokkaido, kata penjaga pantai.
Kapal meninggalkan Pelabuhan Utoro sekitar pukul 10 pagi pada Jumat (23/4), dan diperkirakan akan kembali ke pelabuhan pada pukul 1 siang, kata NHK.
Sejak itu, kapal kehilangan kontak, menurut penjaga pantai Jepang. Disebutkan bahwa kapal itu membawa 24 penumpang, termasuk dua anak-anak, dan dua awak.
Suhu laut rata-rata bulan April di Taman Nasional Shiretoko hanya sedikit di atas titik beku.
Seorang pejabat operator kapal, Shiretoko Pleasure Cruise, mengatakan dia tidak bisa berkomentar karena dia harus menanggapi panggilan dari keluarga penumpang yang khawatir.
Perdana Menteri Fumio Kishida, yang menghadiri pertemuan puncak air dua hari di Kumamoto di Jepang selatan, membatalkan rencananya yang terjadwal hari Minggu dan akan kembali ke Tokyo untuk menangani kapal yang hilang, seperti dilaporkan NHK.
Baca Juga: Jepang dan Swiss Sepakat Untuk Mempertahankan Sanksi Keras Terhadap Rusia
Gelombang tinggi dan angin kencang terjadi di daerah itu sekitar tengah hari, menurut koperasi perikanan setempat. Laporan media Jepang mengatakan perahu nelayan telah kembali ke pelabuhan sebelum tengah hari karena cuaca buruk.
NHK mengatakan ada peringatan gelombang tinggi hingga 3 meter.
Yoshihiko Yamada, seorang profesor ilmu kelautan Universitas Tokai, mengatakan kapal itu kemungkinan akan kandas setelah diombang-ambingkan oleh gelombang tinggi dan rusak, kebanjiran, dan mungkin tenggelam.
Kapal wisata sebesar itu biasanya tidak membawa sekoci, dan penumpang mungkin tidak dapat melompat keluar dari kapal yang tenggelam dengan jendela yang mungkin tertutup untuk melindungi mereka dari angin kencang.
Dalam sebuah wawancara dengan televisi TBS, Yamada mengatakan ada juga sedikit kemungkinan kapal itu ditabrak ikan paus.
Suhu dingin dan angin kencang dapat menyebabkan hipotermia dan menempatkan penumpang dalam kondisi parah untuk bertahan hidup, menurut Jun Abe, wakil ketua Society of Water Rescue and Survival Research. “Kondisinya sangat parah terutama saat basah,” kata Abe kepada TBS.
Menurut sebuah situs web operator, tur ini memakan waktu sekitar tiga jam, menawarkan pemandangan pantai barat semenanjung yang indah, termasuk alam dan hewan seperti paus, lumba-lumba, dan beruang coklat.
Taman nasional ini terdaftar sebagai situs Warisan Dunia UNESCO dan terkenal sebagai wilayah paling selatan untuk melihat es laut yang hanyut.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.