LONDON, KOMPAS.TV - Pejabat Barat memberikan peringatan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin masih bisa meraih kemenangan di Ukraina, meski tentara Rusia cukup dipermalukan.
Berdasarkan penilaiannya, pejabat barat yang tak disebutkan namanya, mengungkapkan tentara Rusia terus merebut wilayah.
Bahkan saat ini, tentara Rusia memiliki jumlah yang melampaui pasukan Ukraina, dengan perbandingan satu banding tiga.
Tentara Rusia sebelumnya dipermalukan setelah mengalami kegagalan pada tujuan penyerangan sebelumnya.
Baca Juga: Pengakuan Muslimah Ukraina Jalani Ramadan di Tengah Serangan Rusia: Sangat Menyakitkan
Hal itu terkait dengan kemenangan Ukraina dalam sejumlah pertempuran di negaranya.
Tetapi perubahan terjadi setelah Jenderal Aleksandr Dvornikov memimpin tentara Rusia di Ukraina.
Ia ditunjuk Putin untuk memimpin setelah kegagalan Rusia dalam merebut sejumlah kota besar Ukraina, mundur dari Kiev dan kehilangan sekitar 30.000 pasukan serta ratusan pesawat dan tank.
Sejak itu, penggunaan drone, sistem rolket dan perang eleteronik telah bertransformasi, yang memiliki potensi memberikan Putin cara mengklaim kemenangan.
“Ini merupakan babak baru dari kampanye ini, dan meski ia sempat mengalami kegagalan, Putin masih berada di posisi untuk menang,” ujar pejabat tersebut dikutip dari Daily Mail.
“Rusia telah memusatkan kekuatan yang cukup sehingga jika mereka menggunakannya dengan cerdas, dapat menghancurkan sebagian besar tentara Ukraina,” ujarnya.
Para pejabat sekarang percaya bahwa dengan keunggulan numerik seperti itu, dan kepemimpinan yang lebih efektif, Rusia akan sulit diusir dari wilayah yang telah mereka menangkan.
Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani Disebut Telah Undang Putin untuk Datang ke G20 di Indonesia
Seorang pejabat mengatakan hal itu mungkin didorong oleh keinginan Kremlin untuk mengamankan kesuksesan nyata tepat pada saat Parade Kemenangan di Moskow, pada 9 Mei mendatang.
Parade tersebut untuk menandai kekalahan Nazi dalam Perang Dunia ke-II.
“Jika Presiden Putin akan berdiri di parade Hari Kemenangan, ia ingin melakukannya di belakang tentara Rusia dengan tidak dipermalukan secara ritual di Ukraina, yang telah cukup banyak terjadi sejauh ini,” ujar pejabat tersebut.
“Saya pikir itu mungkin menjadi faktor dalam keputusan mereka untuk mengerahkan pasukan ke Donbas sebelum pasukan itu sepenuhnya siap,” ujarnya.
Sumber : Daily Mail
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.