BEIJING, KOMPAS.TV - Otoritas Shanghai mulai melonggarkan kebijakan karantina (lockdown) ketat yang membelit kota itu dua pekan belakangan. Pada Selasa (12/4/2022), warga di sejumlah wilayah dibolehkan keluar rumah, tetapi tidak diizinkan keluar dari area permukiman.
Kebijakan karantina ketat di Shanghai sendiri memicu kontroversi. Warga di kota berpopulasi 25 juta jiwa ini dilaporkan tak betah karena mengalami kekurangan pasokan makanan dan obat-obatan akibat dilarang keluar rumah.
Belakangan, video-video yang disebut aksi frustrasi warga Shanghai akibat ketatnya karantina, beredar di media sosial. Sebuah video yang beredar pada Sabtu (9/4) lalu menunjukkan warga di Distrik Songjiang menerobos ke supermarket dan menjarah makanan.
Video lain menunjukkan penghuni apartemen yang berteriak minta bantuan dari jendela karena dilarang keluar.
Baca Juga: Lockdown Sebabkan Kurang Makanan, Warga Shanghai Protes dengan Teriak Bersama di Balkon
Karantina ketat Shanghai dimulai sejak 28 Maret lalu. Perintah tegas untuk tetap berada di dalam rumah membuat warga protes.
Orang yang dites positif Covid-19 pun disuruh menghuni fasilitas karantina sementara. Namun, fasilitas ini dikiritik karena terlalu penuh dan memiliki sanitasi kurang baik.
Sejumlah pihak menduga karantina ketat Shanghai lebih bermotif politis dibanding kesehatan. Pemerintah China bersikeras menetapkan kebijakan “nol Covid” untuk menangani pandemi.
Di Shanghai, walaupun angka kasus mencapai lebih dari 200.000 pada gelombang Covid-19 terkini, keparahannya berkurang. Sebagian besar kasus tanpa gejala dan tidak ada kematian yang dilaporkan.
Pada Senin (11/4), kasus baru harian di Shanghai mencapai 23.346, tetapi hanya 998 yang bergejala.
Amerika Serikat (AS) merespons karantina ketat Shanghai dengan menarik sejumlah staf dari konsulat. Washington juga menyarankan warganya tidak pergi ke China karena “penegakan sewenang-wenang” kebijakan pengendalian virus.
Langkah AS tersebut dikecam Beijing. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian menegaskan, kebijakan penanganan Covid-19 mereka “saintifik dan efektif.”
“Amerika Serikat harus berhenti menyerang kebijakan pencegahan epidemi China, setop manipulasi politis dengan isu epidemi dan berhentilah mengotori dan mendiskreditkan China,” kata Zhao.
Baca Juga: WHO: Kasus dan Kematian Covid-19 Terus Menurun Secara Global
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.