GAZA, KOMPAS.TV - Abu Husam Haniyeh telah berdekade-dekade mengumandangkan azan dari Masjid Raya Gaza atau Masjid Omari Raya.
Masjid ini adalah masjid tertua kedua di Palestina setelah Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.
Haniyeh tadinya secara sukarela menjadi muazin Masjid Raya Gaza. Kini, menurut catatan Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Palestina, ia adalah muazin tertua di Jalur Gaza.
Saking lamanya mengabdi, nama Haniyeh akrab dengan masjid yang berdiri sejak abad ke-7 ini. Mulanya, ia meminta izin dari muazin resmi Masjid Raya Gaza untuk mengumandangkan azan. Ia tetap menjadi sukarelawan muazin hingga Otoritas Palestina meresmikan jabatannya pada 1994.
“Ketika saya mulai menjadi muazin, saya tidak menyangka hidup saya akan bertahan hingga bertahun-tahun ini dan nama saya menjadi lekat dengan masjid raya yang kuno ini,” kata Haniyeh kepada Arab News.
Kenangan mengumandangkan azan di Masjid Raya Gaza untuk pertama kalinya masih lekat di ingatan Haniyeh yang kini berusia 85 tahun.
“Itu adalah pengalaman luar biasa yang tidak akan saya lupakan, dan setelah kematian Abu Al-Said (muazin sebelumnya), saya menggantikannya sebagai muain resmi,” kata Haniyeh.
Baca Juga: Sejarah Masjid Jogokariyan, Rutin Gelar Ibadah hingga Tradisi Pasar Sore Sajikan Menu Buka Puasa
Rumah Haniyeh hanya bersebelahan dengan Masjid Raya Gaza, tepatnya di perkampungan kuno Al-Daraj. Namun, Haniyeh saban harinya tinggal di dalam masjid, hanya pulang beberapa saat untuk keluarga.
Sejak 1994, Haniyeh menerima honor dari Otoritas Palestina sebagai muazin resmi. Honornya sekitar 155 dolar AS atau 2,2 juta rupiah.
Berapa pun harta duniawi yang diterima, Haniyeh mengaku ikhlas. Ia menemukan kenyamanan di masjid, terutama saat bulan Ramadan, ketika ia seringnya khusyuk membaca Al-Qur’an, serta mengobrol dengan pria-pria seusia yang ramai berkunjung ke masjid.
“Saya tidak memandang imbalan (duniawi) dalam kehidupan ini, karena imbalan seorang muazin berasal dari Allah dan pahala-Nya besar di hari kebangkitan. Kami adalah muazin, suara Tuhan di bumi, kami memanggil orang-orang untuk bersembahyang dan meninggalkan kesenangan duniawi,” katanya.
Abu Husam Haniyeh bukanlah warga asli Gaza. Ia dan keluarganya berasal dari Jaffa, wilayah yang kini diduduki Israel sebagai bagian kota Tel Aviv.
Sumber : Arab News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.