Putin Dihina Aktor Kenamaan Prancis sebagai Sosok Gila yang Keterlaluan, Rusia Siap Bergerak

MOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin, telah dihina aktor kenamaan Prancis, Gerard Depardieu yang menyebutnya sebagai sosok gila yang keterlaluan.

Depardieu menghina Putin atas aksi sang pemimpin negara terkait serangan Rusia ke Ukraina.

Mendengar itu, pihak Rusia menegaskan siap bergerak dan memberikan penjelasan kepadanya kenapa harus melakukan serangan tersebut.

Depardieu merupakan aktor Prancis yang juga selebritas Hollywood.

Baca Juga: Zelensky Ungkap Sanksi ke Rusia Lemahkan Moskow, Tapi Minta yang Berikutnya Lebih Keras Lagi

Ia bermain dalam sejumlah film live action, Asterix & Obelix, The Man in The Iron Mask serta Life of Pi.

Uniknya, Depardieu sebelumnya merupakan teman dari Putin.

Bahkan ia juga memiliki kewarganegaraan Rusia pada 2013, setelah protes terkait kenaikan pajak bagi orang kaya di Prancis.

“Warga Rusia tak bertanggung jawab atas ulah gila, keterlaluan dan tak bisa diterima dari emimpin seperti Vladimir Putin,” ujar Depardieu dikutip dari The Moscow Times.

Namun, hubungan mereka tampaknya memburuk setelah Putin memutuskan melakukan penyerangan ke Ukraina.

Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menegaskan Depardieu tampaknya mengungkapkan hal itu karena tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

“Ia tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi di Ukraina pada 2014,” kata Peskov, menuduh apa yang telah dilakukan Ukraina dengan membombardir warga sipil di timur negara tersebut saat itu.

“Jika perlu kami siap memberitahunya, dan menjelaskan sehingga ia bisa mengerti dengan lebih baik,” tambahnya.

Baca Juga: Ukraina Berterima Kasih kepada Aktor Hollywood Sean Penn, Ternyata Ini Sebabnya

Anggota Parlemen Rusia, Sultan Khamzayev, mengecam apa yang dilakukan Depardieu.

Ia bahkan menegaskan kewarganegaraan Rusia dari aktor berusia 73 tahun itu harus dilucuti.

Putin memerintahkan melakukan penyerangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu.

Ia beragumen apa yang disebutnya sebagai operasi militer itu merupakan tindakan demiliterisasi dan denazisasi di Ukraina.