AMMAN, KOMPAS.TV - Pemberontak Houthi dan koalisi pimpinan Arab Saudi dilaporkan menyepakati gencatan senjata selama dua bulan mulai 1 Ramadan 1443 Hijriyah. Hal tersebut disampaikan oleh utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Yaman, Hans Grundberg.
Sebagaimana diwartakan Associated Press, Grundberg mengumumkan kesepakatan itu dari Amman, Yordania setelah menemui kedua pihak yang berperang secara terpisah, Jumat (1/4/2022). Ia berharap gencatan senjata ini akan diperbarui setelah dua bulan.
PBB sendiri meminta Houthi dan koalisi Arab Saudi untuk menghentikan pertempuran demi menyambut Ramadan sebagaimana yang terjadi beberapa tahun belakangan.
Persetujuan gencatan senjata ini pun dapat menurunkan eskalasi besar yang terjadi beberapa pekan belakangan. Pemberontak Houthi mengaku bertanggung jawab atas sejumlah serangan ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, termasuk ke fasilitas minyak jelang balapan F1 di Jeddah pada 27 Maret lalu.
Perang Yaman yang berkobar sejak 2014 sendiri mengalami kebuntuan belakangan ini. Di wilayah Yaman, pertempuran antara pemberontak dengan pemerintah Abdrabbuh Mansur Hadi yang disokong Saudi, buntu di berbagai front.
Baca Juga: Koalisi Saudi Umumkan Gencatan Senjata di Yaman selama Ramadan, tapi Ditolak Kelompok Houthi
Upaya-upaya untuk mencapai perdamaian pun turut buntu.
“Kami tahu kesepakatan seperti ini selalu rapuh,” kata Sekjen PBB Antonio Guterres menanggapi gencatan Houthi-Saudi.
Gencatan senjata di Yaman efektif berlaku sejak Sabtu (2/4) pukul 19.00, yang bertepatan dengan hari pertama bulan Ramadan.
Pasukan koalisi akan membolehkan pengapalan bahan bakar ke kota pelabuhan utama Yaman, Al-Hudaydah dan penerbangan komersial dilanjutkan kembali di ibu kota Sana'a.
Di lain sisi, PBB akan menjembatani perundingan untuk membuka akses jalan di sekitar Taiz dan provinsi lain. Kota Taiz yang sebagian wilayahnya dikuasai pasukan pemerintah, telah diblokade Houthi selama bertahun-tahun.
Houthi dan pemerintah Yaman juga dilaporkan akan berunding untuk membebaskan lebih dari 2.200 tawanan perang, termasuk saudara Presiden Abdrabbuh Mansur Hadi dan seorang mantan menteri pertahanan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.