AMSTERDAM, KOMPAS.TV - Pemilik Chelsea, Roman Abramovich diduga terkena jenis racun yang pernah digunakan pada Perang Dunia Pertama.
Seperti diketahui, awal pekan ini Abramovich sempat menderita gejala sakit parah setelah menghadiri perundingan damai Rusia-Ukraina di Kiev.
Abramovich diduga terkontaminasi racun bernama Chloropicrin.
Melansir Wall Street Journal, pelaku peracunan Abramovich adalah agen dari kelompok garis keras Rusia yang tidak ingin perdamaian dengan Ukraina terwujud.
Baca Juga: Perjalanan Roman Abramovich: Yatim-Piatu sejak Kecil hingga Jadi Sekutu Putin dan Kaisar Chelsea FC
Christo Grozev, jurnalis investigasi Bellingcat mengatakan bahwa tim ahli telah sepakat bahwa Abramovich terkena racun atau bahan kimia yang kerap digunakan pada Perang Dunia I.
“Semua ahli sudah berkomunikasi bersama, mempelajari foto-foto, dan melakukan sejumlah pemeriksaan pribadi,” kata Christo Grozev dikutip dari Daily Mail.
“Para ahli mengatakan, ini bukan sebuah kebetulan, bukan keracunan makanan ataupun alergi. Mereka (para ahli) merujuk (Chloropicrin) dan agen perang lain."
“Namun, mereka juga sepakat bahwa satu-satunya cara untuk mendeteksi agen tersebut adalah membawa orang-orang ini ke labotarium, atau mengirim sampel darah mereka untuk mendeteksi agen perang ini,” sambungnya.
Baca Juga: Fakta-Fakta Roman Abramovich & Negosiator Ukraina Keracunan di Perundingan Damai
Kendati demikian, belum dapat dipastikan bahwa Chloropicrin adalah zat kimia yang diberikan kepada Abramovich.
Pasalnya, Chloropicrin merupakan bahan kimi yang umumnya mengeluarkan bau menyengat.
“Chloropicrin, dari semua gejala yang terjadi. Satu-satunya kekurangan dari hipotesis ini adalah Chloropicrin umumnya mengeluarkan bau cukup kuat,” lanjut Grozev.
“Sehingga, cukup sulit memaparkannya tanpa diketahui. Namun, ada perkembangan dari agen tersebut yang tidak menimbulkan bau terlalu kuat."
Lebih lanjut, salah satu ahli juga menduga bahwa Abramovich terkena racun bernama Novichok dalam dosis rendah.
Novichok sendiri adalah jenis racun yang pernah diberikan kepada oposisi Rusia, Alexei Navalny. Racun ini juga pernah digunakan untuk menyerang agen dobel intelijen Rusia, Sergei Skipral.
Sumber : Daily Mail/Wall Street Journal
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.