BERLIN, KOMPAS.TV - Para menteri energi negara-negara anggota G7 menolak jika mereka harus membayar gas impor dari Rusia, menggunakan rubel. Menteri Ekonomi dan Perlindungan Iklim Jerman Robert Habeck mengatakan, permintaan Rusia agar pembuatan gas menggunakan rubel sudah menyalahi kontrak bisnis.
Habeck menyampaikan dirinya juga sudah berbicara dengan menteri energi negara anggota G7 lainnya. G7 merupakan kelompok negara dengan perekonomian terbesar di dunia alias negara kaya. G7 terdiri dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat.
"Para menteri G7 telah sepakat bahwa ini adalah pelanggaran sepihak dan jelas dari kontrak yang ada," kata Habeck seperti dikutip dari Antara, Selasa (29/3/2022).
"Para menteri sekali lagi menggarisbawahi bahwa kontrak yang dibuat adalah sah dan perusahaan harus dan harus menghormatinya. Pembayaran dalam rubel tidak dapat diterima dan kami meminta perusahaan terkait untuk tidak memenuhi permintaan Putin," kata Habeck.
Baca Juga: Kremlin: Tidak Ada Kiriman Gas ke Eropa bila Tidak Bayar Pakai Rubel, Rusia Tak Kirim Gratisan
Uni Eropa Tengah berupaya mengurangi ketergantungan gas dan minyak dari Rusia hingga dua pertiga tahun ini dan ingin berhenti mengimpor bahan bakar fosil Rusia pada tahun 2027.
Sedangkan tahun lalu, ekspor gas Rusia ke Uni Eropa sekitar 155 miliar meter kubik (bcm) tahun lalu. Pihak Rusia sudah menegaskan, jika Eropa menolak membayar dengan rubel, mereka akan menghentikan pasokan gasnya.
Namun Habeck mengaku G7 sudah siap dengan konsekuensi tersebut. Ia pun menyebut Rusia sebagai pemasok energi yang tidak dapat diandalkan.
"Kami siap untuk semua skenario dan tidak hanya sejak kemarin," ucap Habeck.
Baca Juga: Tingginya Jumlah Jenderal Rusia yang Tewas Bertempur di Ukraina Tunjukkan Masalah di Militer Rusia
Eropa akan memasok gas dari sumber lainnya, salah satunya Amerika Serikat. Negeri Paman Sam juga sudah menyatakan komitmennya untuk memasok gas ke Eropa.
Namun, itu berarti AS akan mengalihkan ekspor gasnya dari tujuan negara lainnya dan tetap saja akan ada negara yang kekurangan pasokan gas.
Sementara itu, Bank Sentral Rusia, kementerian terkait dan Gazprom yang menyumbang 40 persen dari impor gas Eropa, harus mempresentasikan proposal mereka untuk pembayaran gas rubel kepada Presiden Vladimir Putin pada 31 Maret.
"Kami tidak akan memasok gas secara gratis, ini jelas," ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov beberapa hari lalu.
Baca Juga: Mumpung Murah, Pertamina Mau Beli Minyak Mentah dari Rusia
"Dalam situasi kami, ini hampir tidak mungkin dan tepat untuk terlibat dalam amal (dengan pelanggan Eropa)," ujarnya.
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Senin (28/3) dengan penyiar publik Amerika PBS, ketika ditanya apakah gas akan dimatikan untuk yang tidak membayar, Peskov menjawab: "Tidak ada pembayaran - tidak ada gas."
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.