PYONGYANG, KOMPAS.TV - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un mengeluarkan ancaman kepada Barat bahwa dirinya bersumpah untuk meningkatkan kemampuan menyerang negaranya.
Hal tersebut diungkapkan Kim Jong-un saat bertemu pejabat, peneliti, teknisi dan pekerja yang berkontribusi pada uji coba peluncuran Rudal Balistik Interkontinental Jarak Jauh (ICBM), Kamis (24/3/2022).
Pada kesempatan itu, Kim Jong-un juga mengatakan akan menggunakan kemampuan menyerang persenjataannya untuk menghadapi ancaman imperialisme Barat.
“Hanya ketika seseorang dilengkapi dengan kemampuan menyerang yang hebat, kekuatan militer luar biasa yang tak akan dapat dihentikan oleh siapa pun, ia dapat mencegah perang, menjamin keamanan negara, menahan dan mengendalikan semua ancaman dan pemerasan oleh kaum imperialis” tuturnya dikutip dari South China Morning Post.
Baca Juga: Gaya Keren Kim Jong-Un Usai Peluncuran Rudal Korea Utara, Mengingatkan Tom Cruise di Top Gun
Kim juga mengatakan ICBM yang baru diuji coba itu akan membantu mencegah setiap gerakan militer AS, yang saat ini secara teknis masih berperang dengan Korea Utara setelah perang Korea terhenti karena gencatan senjata.
Washington sendiri telah berusaha menekan Pyongyang agar menyerahkan atau mengurangi persenjataan nuklir dan ICBM-nya.
Dikhawatirkan persenjataan itu dapat menyerang sasaran di AS.
AS pun kemudian memberikan sanksi kepada Korea Utara atas sejumlah uji coba nuklir yang dilakukan negara tertutup itu.
Namun, Kim Jong-un menegaskan kemampuan pasukan pertahanannya tak dapat ditukar atau dibeli dengan apa pun.
Baca Juga: Korea Utara Luncurkan Rudal Balistik, AS Langsung Berikan Sanksi Baru
Ia juga menegaskan akan memegang teguh tanpa kebimbangan sedikit pun meski ada cobaan dan kesulitan yang keras.
Kim Jong-un pun menegaskan Korea Utara akan terus membangun kekuatan strategis yang lebih sempurna dan lebih kuat, yang mengacu pada kekuatan nuklir negara itu.
AS pada Jumat (25/3/2022) sempat mendorong agar PBB memperkuat sanksi kepada Korea Utara atas meningkatnya provokasi berbahaya.
Tetapi China dan Rusia memberikan sinyal menentang langkah AS, dan berargumen langkah-langkah itu untuk diperlunak.
Sumber : South China Morning Post
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.